Pada zaman
dinasti Shilla, tinggallah seorang nenek kesepian di desa terpencil di
kecamatan Dongrae, Busan. Bahkan, dia pincang karena kaki kanannya terkena
radang sendi yang parah sejak lama. Suaminya meninggal usia dini dan dia
mempunyai seorang anak laki-laki. Tapi anak itu juga meninggal, karena jatuh
dari tebing curam. Sehingga, nenek itu hidup dengan membantu warga penduduk
desa atau memetik tumbuh-tumbuhan. Pada suatu hari, nenek duduk-duduk di tepi
rawa di dekat desa Geumjeong, sambil mengeluhkan nasib burukya. Pada waktu itu,
seekor burung bangau putih yang pincang hinggap di tepi rawa itu. Nenek merasa
kasihan dan memperhatikannya. Seketika nenek pulang, burung bangau tetap berada
di tepi rawa itu. Hari esoknya saat nenek kembali ke rawa, burung bangau itu
masih berada di tempat semula. Pada hari ketiga juga burung bangau tidak
pindah. Nenek yang merasa aneh mendekatinya, lalu dia terkejut karena burung
bangau itu tidak lagi pincang. Ketika nenek menghampiri burung dengan lebih
dekat, burung bangau itu baru menerbangi langit dan berputar-putar di atas
kepala nenek itu seolah-olah pamit.
Nenek itu merasa aneh sekali sehingga meliht-lihat tempat dimana burung bangau berada. Di sana ada sebuah genangan air kecil yang penuh dengan air panas dan bening. Nenek memasukkan jari tangannya ke dalam air. Air itu benar panas. Kemudian, dia memasukkan kedua kakinya. Rasa hangat tersebarluaskan ke seluruh badannya dan perasaannya juga sangat enak. Sejak itu, nenek sering ke tempat itu dan memasukkan kakinya ke dalam air panas. Beberapa hari kemudian, dia merasakan kakinya yang kaku itu bisa bergerak. Nenek itu makin hari makin sehat dan bugar. Warga penduduk desa menyaksikan si nenek mulai pulih secara berangsur-angsur. Akhirnya, banyak orang sakit dapat menyembuhkan dirinya dengan mandi di dalam air panas itu. Dengan demikian, tempat air panas itu mulai terkenal di selururh negeri.
Nenek itu merasa aneh sekali sehingga meliht-lihat tempat dimana burung bangau berada. Di sana ada sebuah genangan air kecil yang penuh dengan air panas dan bening. Nenek memasukkan jari tangannya ke dalam air. Air itu benar panas. Kemudian, dia memasukkan kedua kakinya. Rasa hangat tersebarluaskan ke seluruh badannya dan perasaannya juga sangat enak. Sejak itu, nenek sering ke tempat itu dan memasukkan kakinya ke dalam air panas. Beberapa hari kemudian, dia merasakan kakinya yang kaku itu bisa bergerak. Nenek itu makin hari makin sehat dan bugar. Warga penduduk desa menyaksikan si nenek mulai pulih secara berangsur-angsur. Akhirnya, banyak orang sakit dapat menyembuhkan dirinya dengan mandi di dalam air panas itu. Dengan demikian, tempat air panas itu mulai terkenal di selururh negeri.
|
Informasi Wisata
|
Tempat air panas itu terletak di desa Oncheon kecamatan Dongrae, kota
Busan. Tempat air panas itu merupakan yang paling lama di Korea dan
dikembangkan oleh Jepang sebagai tempat air panas modern pada tahun 1910. Air
panas itu bersifat alkali dan bersuhu 38~64℃. Diketahui
tempat air panas yang biasanya disebut Air Panas Dongrae itu berkhasiat untuk
menghilangkan rasa sakit termasuk penyakit rematik.