Harapku kini tak sebesar dulu. Mungkin di dalam hatiku aku masih merindukanmu namun aku harus benar-benar tahu diri. Dirimu yang kini ataupun dulu takkan pernah dapat kugapai bayangnya. Jangankan bayangmu, menatap wajahmu saja sudah jauh sekali jarak yang membentang. Kamu masih bernapas juga masih tersenyum seperti kala itu. Tapi perbedaannya kamu sudah jauh dan takkan pernah kembali. Mungkin kita dipertemukan hanya untuk membuatku lebih dewasa. Aku tahu di dunia ini tak ada yang namanya kebetulan. Semua terjadi sesuai skenario yang telah ditulis oleh Tuhan diatas sana tanpa ada seorangpun yang dapat memahaminya. Aku pun tak pernah paham dengan skenario yang telah ditulis oleh-Nya. Tapi satu yang kutahu dengan pasti bahwa skenario ini pastilah skenario yang terbaik. Semuanya yang terbaik untukku, untuk hidupku dan untuk semua yang selalu mencintaiku.
Hanya satu yang dapat menggetarkan hatiku dengan begitu dahsyatnya sehingga menatap wajahnya pun di layar kaca pun masih tetap terasa begitu dahsyatnya. Getarannya menjalar memanaskan dan menghanyutkan hatiku yang tetap sabar menunggu. Getarannya cukup mampu membuatku tetap tersenyum seberapa pun buruknya hidupku, lelahnya hariku dan sakitnya hatiku. Semuanya seakan sirna dalam sekejap mata. Namun satu yang kembali harus kuingat bahwa dia takkan pernah kembali sekeras bahkan selama apapun waktu yang telah kulewati dengan diam-diam mencintainya. Aku urung ketika semua orang berkata aku harus mengungkapkan apa yang kurasa. Bukan aku tak mau dan tak mampu. Aku merasa begitu rendah dan tak pantas untuk mengatakan langsung padamu. Bukan.. bukan aku berhenti mencintaimu. Mungkin kini aku masih mencintaimu. Tapi aku hanya berhenti untuk terlalu berharap karena hal itu terlalu menyakitkan. Tapi aku hanya berhenti untuk terlalu lama menunggu pada satu tempat yang sama yang takkan pernah mempertemukanmu denganku lagi.
Aku terlalu lama menunggu. Aku terlalu lama duduk di tempat yang sama selama waktu yang tak pernah kutahu ujungnya. Aku terlalu bodoh dan hina dengan terus berharap pada sesuatu yang semu. Sesuatu yang takkan pernah menjadi milikku, sesuatu yang takkan pernah menjadi penyemangatku di setiap harinya. Aku selalu terus berharap akan datang seorang yang dapat selalu menyemangatiku di setiap harinya melalui senyumnya, melalui perhatian yang selalu dia berikan, melalui pelukan yang selalu menenangkan, melalui kata-kata indah yang selalu diucapkan, melalui tangan yang selalu menggenggam erat setiap langkah serta jalanku, melalui bahu yang menjadi sandaran setiap keluh kesahku maupun melalui doa yang setiap kali dipanjatkan dalam sujudnya untuk kebahagiaanku untuk cinta yang tak pernah mungkin berhenti.
Aku terlalu klise berharap pada pengharapan yang semu. Semuanya terlalu menyakitkan namun aku selalu meyakini bahwa Tuhan sedang dalam proses mempertemukanku pada seorang yang pantas denganku. Yang tentunya mencintaiku, menerima apa adanya aku dengan semua kebodohan maupun kecerobohan dibalik usahaku menjadi sempurna. Aku lelah dengan semua kemunafikan ini. Aku harus selalu menjadi sempurna. Padahal aku ingin sekali bertemu dengan seseorang yang bisa menerima kebodohan maupun kecerobohanku dengan senyuman dan berkata bahwa dia akan menjadi pelengkap kebodohanku. Mereka hanya menatap kebodohanku dengan mengerikan seakan hanya akulah yang paling hina. Padahal jelas semua orang pasti tahu bahwa semua orang punya kekurangannya masing-masing. Tapi inilah aku. Seorang pecinta sejati, seorang perindu yang paling tabah dan pemendam paling tangguh.
Meskipun sesungguhnya aku sudah lelah. Tapi aku tetap mencoba seperti biasa. Seperti biasanya aku yang hanya bisa menangis sendirian tanpa ada orang yang mengetahui seberapa rapuhnya aku. Aku dibalik usahaku menjadi sempurna, sesungguhnya aku adalah orang yang paling rapuh dan lemah. Tapi ingatlah bahwa aku adalah pemendam paling tangguh yang akan tetap berdiri dengan tawa serta canda yang takkan pernah berhenti untuk menyembunyikan sebesar pun sakit dan kekecewaan yang aku rasakan. Aku takkan pernah menunjukkannya di depan umum karena aku bukanlah orang yang suka menunjukkan kesedihannya untuk membuat orang lain menggangap seberapa besar rapuhnya aku.
Ah, sudahlah. Takkan aku perbanyak lagi tulisan tentangku. Sudah cukup aku berharap pada sesuatu yang semu tak berujung. Aku akan mulai berhenti memikirkan segala tentangmu, mas. Segalanya.. terutama kenangan indah yang kuciptakan sendiri dengan khayalanku. Iya, khayalan tentang kembalinya kamu. Apalagi senyuman manis kala itu yang kau sunggingkan untukku. Oh.. tentu aku masih dengan jelas mengingatnya namun apalah terus mengingat bila tak ada kejelasan dari semua kesemuan ini? Baiklah.. aku akan perlahan pergi meninggalkan tempat ini. Tempatku menunggu selama ini tanpa sepengetahuanmu, tanpa pernah teraba olehmu tentang hadirnya aku di tempat ini, tanpa pernah membekas oleh orang yang kelak akan menjadi masa depanmu. Aku mencintaimu, aku benar-benar mencintaimu. Tapi biarkanlah aku pergi. Aku hanya ingin mencari kebahagiaan yang memang diciptakan untukku. Meski bukan kamu. Meski bukan seperti yang kuharapkan. Tapi Tuhan selalu tahu apa yang terbaik untukku.
Terima kasih untuk segala kenangan indah yang kebanyakan aku sendiri yang menciptakannya,
Terima kasih untuk segala hal yang memotivasiku menjadi lebih baik,
Terima kasih untuk senyuman manis kala itu,
Terima kasih untuk pesan yang kau sampaikan sore itu,
Terima kasih untuk genggaman tangan yang membuatku pernah menangis,
Terima kasih untuk segala pelangi yang pernah kau tunjukkan saat aku tersesat menuju hatimu,
Aku mencintaimu, benar-benar sangat mencintaimu,
Tapi biarkanlah aku pergi untuk membiarkanmu bahagia dan aku juga bahagia,
Meski nantinya itu bukan kamu tapi aku yakin itulah yang terbaik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar