Hubungan kita pun berjalan tanpa kelok-kelok kurasa. Semuanya jadi lebih indah semenjak adanya kamu. Seperti bintang yang butuh bulan untuk terlihat indah di langit. Atau seperti bunga yang butuh air untuk tetap mekar mengharum. Aku terlalu sangat terbiasa. Meski terkadang aku yang selalu mengalah padamu. Ketika emosi tiba-tiba bergelayut dalam benakmu, aku yang selalu mengalah untukmu. Aku yang terlalu terbiasa dijadikan boneka olehmu. Tak bisa memberontak keras seperti api. Aku tercipta hanya bisa menjadi air. Aku hanya bisa terdiam saat melihat ada kobaran api di matamu. Seperti layaknya serigala yang mau menerkam apapun yang ada di depannya. Aku hanya bisa tersenyum membiarkan tubuhku ada di pelukanmu. Memberikan kehangatan untuk memadamkan api yang membara.
Kamu terlalu sentimen,
Apapun yang kau lakukan semua dengan kemarahan. Dan aku hanyalah sebuah kain lusuh. Lemah tak berdaya dalam cinta yang menghanyutkan aku. Aku tenggelam dalam luapan cintaku sendiri. Sehingga sulit rasanya aku tuk bangkit berdiri kembali seperti layaknya ada kamu. Aku terlalu lemah tanpa adanya kamu. Aku yang terlalu sangat mencintaimu. Mengharapkanmu kembali kapanpun. Karena di dunia ini yang kumau hanya cintamu.
Aku merindukanmu yang dulu. Yang lembut saat membelai rambutku. Mengecup pelan pipiku. Memeluk aku saat aku menangis. Rasanya baru kemarin kamu ada disini. Aku tak mampu lagi menjalani hari tanpa kamu. Meski di lisanku berkata baik-baik saja. Tapi sejujurnya hatiku menangis, menangisi cerita panjang yang tak kurelakan untuk selesai begitu saja. Disini, aku merindukanmu. Menangis dalam sepi aku selalu menginginkanmu kembali.
Untuk kamu yang telah menyia-nyiakan aku,
Aku yang mencintaimu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar