Mungkin aku lebih banyak terluka. Itu karena aku yang dengan mudah percaya pada cinta. Bukan. Bukannya aku terlalu menyalahkan peran cinta. Lebih tepatnya aku terlalu mudah percaya dan terobsesi pada sepi yang tak berujung. Iya, aku lebih banyak kesepian dalam ruang yang tak pernah berujung. Iya, aku lebih banyak memilih untuk tetap tersenyum meski aku sakit. Aku tahu tak banyak orang yang dapat memahamiku. Bahkan diriku sendiri tak pernah bisa untuk memahami bagaimana sebenarnya isi lubuk hati terdalam. Mungkinkah aku sakit atau hanya.. entahlah.
Kelak, iya suatu saat nanti. Aku mau melihat seorang yang mau tetap tersenyum meski bagaimanapun keadaanku. Mencintaiku, mengagumiku tanpa jeda. Dan memelukku, mendukungku tanpa hela. Yang selalu memberikan bahu untukku menyandarkan segala peluh kesah. Yang selalu mendukung meski dunia berpaling dariku. Aku mau dia selalu mencintaiku meski banyak yang lebih baik dariku. Lebih cantik bahkan lebih pada segala-galanya dariku. Aku mau dia mengagumiku bahkan dalam keadaan paling bodohku. Aku mau dia tetap mengagumiku dalam hal yang paling terburuk sekalipun.
Iya, suatu ketika nanti pasti. Tuhan pasti akan mengirimkannya. Aku tahu itu. Aku mengerti itu suatu saat nanti. Akan ada yang melingkarkan bulatan bernama cincin dan membawaku menghadap Tuhan untuk mengikat diri dalam sebuah janji suci sekali seumur hidup. Mencium keningku tanpa peduli bahwa waktu akan berubah. Berubah ketika rambut mulai memutih dan tubuh pun kian renta. Aku mau dia tetap mencintaiku. Tetap mengagumiku meski aku melakukan kesalahan, namun dia tetap memahamiku.
Untuk seorang yang kelak, suatu saat nanti,
Menempati rumah dalam hatiku, untuk sekali dan terakhir kalinya,
Melingkarkan cincin di jari manisku,
Mencintaiku dan mengagumiku tanpa jeda,
Memeluk serta mendukungku tanpa hela,
Bahkan dalam keadaan terbodohku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar