Hingga akhirnya waktu yang telah menunjukkan semuanya. Dengan semua keberanianmu kau mengutarakan beberapa pernyataan indah bahwa kau mencintaiku. Ingin rasanya ku terbang. Menembus indahnya langit biru disana. Menari-nari di bawah rintik-rintik hujan sambil memeluk hangat tubuhmu. Tergeletak diantara jutaan bunga yang mekar mengharum menusuk hidungku. Aku tau sejak awal bahwa kau lah yang teristimewa. Selalu menjadi yang teristimewa bahkan setelah hari ini. Tak akan ada hal lain yang akan kulakukan selain denganmu. Selalu ingin di dekatmu. Bahkan saat kau jauh, aku selalu ingin tau bagaimana keadaanmu. Ingin rasanya menjadi seperti ini seterusnya. Semua hal terburuk sekalipun akan kulalui dengan senyuman. Asalkan masih denganmu.
Hingga,
Sikapmu tak lagi seperti dulu. Meskipun kau tak merasakannya. Namun aku tau bahwa kini sikapmu berubah. Kamu yang kucinta hingga kini tak mungkin ku lepaskan begitu saja. Dengan rentetan cerita kenangan yang takkan bisa kulupakan bahkan bila aku kehilangan memoriku. Karena, kenangan denganmu ini sudah kusimpan rapat tepat di dasar lubuk hatiku. Terdalam sangat dalam. Takkan dapat kau jangkau bahkan aku sendiri mungkin akan susah menggalinya. Aku tau semuanya telah berubah. Meski kini kau masih bersamaku. Rasanya, pikirmu sedang tak bersamaku. Entah melayang kemana perginya. Meskipun aku masih bergelayut manja di pelukmu. Rasanya, pelukmu tak sehangat dulu. Meski aku masih sering mengecup mesra pipimu. Rasanya, pipimu tak semerah dulu saat ku kecup pertama kalinya. Meski hampir setiap harinya aku masih menelponmu. Rasanya, balasanmu tak semesra dulu.
Entah pada bagian manakah yang berubah. Rasa-rasanya semua telah berubah tak seperti awalnya. Hingga akhirnya kau memutuskan untuk mengakhiri hubungan yang telah lama kita jalin ini. Hanya aku yang menangis. Meminta penjelasan sejelas-jelasnya. Kau malah berlari menjauh enggan tuk ungkapkan.
Sayang, kamu kenapa?
Kenapa semua yang telah kita bangun kau hancurkan begitu saja?
Mengapa? Ada apa?
Apa salahku?
Setiap malam, aku selalu termenung. Biasanya, aku selalu menelponmu karena aku merasa kurang bisa tidur. Tapi setelah mendengar suaramu rasanya sudah lega. Dan tidurku pun seperti terjaga olehmu. Kini, handphoneku tak bergeming dengan layar bertuliskan namamu. Kini yang tampil hanya wallpaper kita berdua sedang tersenyum lepas memandang eloknya senja di ujung hari waktu itu. Kau tampak gagah hanya berpakaikan kaos putih dan celana pendek beserta sepatu ketsmu yang membuatku makin merindukanmu. Dan aku yang memakai dress selutut bunga-bunga dan sepatu flats merah pemberian darimu yang sangat cantik terlihat pada foto ini. Kita sedang tertawa dan kini aku merasa bahwa ini adalah reka belaka. Foto palsu!
Kini, aku tak bisa lagi menghubungimu. Entah dimana sekarang entah sedang apa kau sekarang aku tak tau. Hanya foto dan bekas pesanmu di handphoneku yang hampir setiap hari aku pandang. Hingga rasanya bisa membuat rona senyumku kembali mengembang disaat hati ini kembali merindukanmu. Rasanya, sulit bagiku untuk melepas segalanya. Semuanya terasa menjadi gelap saat kau tak ada lagi dalam radar jangkauanku. Kau terlalu jauh untuk kugapai, kuseret kembali untuk menyelesaikan episode cerita kita yang rasanya tak kurelakan untuk berakhir.
Hingga akhirnya aku menemukanmu sedang berdua dengan wanita lain. Dia cantik, anggun dan tampak sangat kharismatik. Kudengar dia adalah model. Pantas saja dia cantik. Kini akhirnya aku temukan jawabannya sendiri. Mengapa dan ada apa. Yang jelas, dulu aku sudah benar-benar memberikan hatiku seutuhnya. Tanpa minta balasan, aku hanya ingin kamu berbahagia. Tapi, apakah dia yang lebih dari segalanya itu akan lebih bisa menghadapi semua sikapmu yang terkadang masih emosian? Ya, aku harap dengannya takkan terjadi seperti yang lalu. Cukup aku yang kau goreskan luka. Aku takkan bisa mengira bagaimana seorang wanita cantik yang kau genggam tangannya itu saat tau bahwa cintanya akan jadi hancur sepertiku.
Terima kasih sudah pernah menjadi seorang yang mencintaiku,
Aku yang pernah ada di hatimu,
Yang mencintaimu.. Dulu!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar