Dalam perjalananku ke parkiran dengan hujan yang sudah reda,aku melihat seorang yang kucintai hingga kini. Yang kini tak kuketahui keberadaan dan keadaannya. Dia sudah memakai seragam polisi dengan paras yang sama seperti 4 tahun terakhir bertemu. Dia masih terlihat tampan dan begitu gagahnya memakai seragam itu. Dia tak segan tersenyum pada setiap orang yang lewat dengan senyumnya yang sangat kurindukan itu. Ya, itu Aditya Pradeka Natama atau biasanya dipanggil Nata. Seorang lelaki sempurna versiku. Seorang senior 3 tahun diatasku. Yang kucintai sejak pertama kali kita bertemu, meski sama sekali diantara kita tidak ada pembicaraan. Ya, karena aku jatuh cinta diam-diam. Menerka-nerka dalam sunyi. Dan berkata betapa merindukannya aku.
Tiba-tiba ada dering handphoneku yang membuyarkan lamunanku. Tertulis di layar bernama Alisa, dan aku pun terperanjat kaget. Mengingat hari ini ada pemotretan salah satu klub hijabers yang aku ikuti.
"Assalamu 'alaikum, Yista dimana ini? Kita nunggu nih, on time baby!!",teriak Alisa dari seberang telpon yang membuatku menjauhkan handphoneku dari telinga. Bisa tuli ini telinga kalau begini.
"Wa'alaikum salam, mau on the way ini, 15 menit nyampek. Yaudah mau nyetir nih, assalamu 'alaikum",jawabku tergesa-gesa membuka pintu mobil yang berada jauh di lorong parkiran kafe 'lollita'. Sumpah ini jauh banget lorongnya. Dan nggak sampek semenit aku sudah berada di mobil dan siap meluncur ke tempat pemotretan tanpa memperdulikan lagi kalau masih ada mas Nata disitu.
Nggak ada 15 menit mobilku sudah terparkir rapi di studio daerah Agus Salim. Tertulis besar bernama Gaga Studio, ini karena si pemilik studio nge-fans berat banget sama Lady Gaga. Ini terpampang jelas di cover depan studio ini. Banyak banget foto cantiknya Lady Gaga. Saat memasuki studio pun, banyak banget bertebaran foto-foto dalam banyak gayanya Lady Gaga. Sumpah, nge-fans berat banget kayaknya ini orang. Apalagi didukung oleh pilihan warna pada dinding studio ini. Hitam dan merah yang nyolok banget, ya bisa dibilang warna glamour gitu. Di ujung pintu, sudah ada Alisa dan fotografer dengan muka yang agak nyeremin gitu. Bayanginnya jadi kayak tersangka terus aku harus masuk penjara. Wuuuaaaahh, tidaaakk!!!
"Hallo Alisa, sori banget telat. Tadi client mutusinnya lama. Dan berhubung perut udah minta jatah, ya makan dulu. Sori yaaa",pintaku dengan muka memelas bak pengemis cinta. *malah nyanyi pengemis cinta bak Rhoma Irama*.
"Oke, yaudah sana ganti dan di make up dulu",jawabnya halus yang membuatku melebarkan senyum yang tersungging di wajahku.
20 menit akhirnya wajahku di make up. Dengan balutan peplum toska-pink diatas dan satin skirt berwarna pink salem serta high heels berwarna senada yang yummy banget. Hehe, maklum bahan heelsnya kayak permen sih, tinggal jilat. Make up hari ini simple banget. Dipoles sedikit dengan foundation tipis dan lipcream warna pink kalem. Yang membuat aku benar-benar berpenampilan berbeda. Dan nggak sampek 30 menit juga aku selesai pemotretan dengan berbagai gaya. Yang jelas pemotretan hari ini untuk menampilkan bahwa berjilbab tidak selalu monoton.
Selesainya aku berbincang-bincang dengan Alisa. Menyantap 'takoyaki' bekalnya Alisa. Enak banget!
"Ta, kamu kayaknya nggak pernah serius jalanin hubungan deh. 5 cowok nggak ada yang bener semua",katanya membuka pembicaraan yang sedari tadi sedang serius mengunyah takoyaki yang lembut banget di lidah. Aku pun terperanjat kaget dan tertawa memandang wajahnya yang aneh. Dan juga pertanyaannya yang aneh.
"Alisa, aku tuh nggak ada rasa sama mereka. Merekanya aja yang keganjenan sama aku. Lagipula aku pengen serius kerja dulu lah. Paling enggak bisa ngebanggain kedua orangtua",jawabku santai dengan memandang wajahnya serius dan dia pun memalingkan wajah.
"Tapi mereka semua kriteria idaman, masa nggak ada yang nyantol satu aja?",tanyanya sambil memandang jauh ke langit-langit studio. Seperti sedang memikirkan sesuatu. Entahlah.
"Nothing. Cuma ada satu yang nyantol dan yang jelas bukan mereka. Dan udahlah nggak usah bahas-bahas soal ini, capek Lis",jawabku sambil tersenyum dan tetap mengunyah takoyaki sampai tinggal 2 tersisa di kotak bekal Alisa.
"Siapa? Kurasa tidak ada yang lebih baik",jawabnya sambil tetap memandang jauh ke atas.
"Sudah kubilang tak usah dibahas. Ada banyak hal yang lebih penting. Dan yang jelas, aku sudah tak mau tau tentang itu",jawabku sambil menaikkan volume suaraku agar dia tau bahwa aku sama sekali tak berminat untuk membahas soal kelima cowok yang memang sudah jelas jatuh cinta padaku. Tapi bagiku mereka semua tak sebanding dengan mas Nata, sang pemilik hati dan jiwa ini. Yang tak perlu seluruh dunia tahu bahwa aku sangat mencintainya.
"Tapi kamu Ta,....",belum selesai Alisa menyelesaikan katanya, tiba-tiba ada seorang satpam studio masuk dan memanggilku.
"Mbak Yista ada polisi yang mau bertemu",katanya saat aku berdiri terperangah melihat satpam yang berlari tergopoh-gopoh memanggil namaku.
"Dimana?",jawabku singkat lalu mengikuti arahnya satpam yang mengarahkan aku menuju ke depan.
Disana, aku lihat ada seorang yang kulihat tadi. Dengan balutan seragam polisi yang membuatnya semakin tampan dan menyunggingkan senyum untukku saat aku sudah ada di depannya.
"A..Ada apa ya?",tanyaku terbata-bata saking bingungnya aku bagaimana untuk memulai pembicaraan. Dia pun tersenyum memandangku yang sepertinya terlihat sekali bagaimana salah tingkahnya aku.
"Tadi ada seorang yang melapor padaku, tentang dompet ini. Apa ini milikmu?",tanyanya sambil memperlihatkan dompet bergaris biru dan berwarna dasar pink pastel. Dan aku terperanjat melihatnya. Bagaimana bisa dompetku ada di tangannya, pikirku.
"Hmm, sepertinya ini milikku. Boleh kulihat?",tanyaku sambil tersenyum saat dompet ini diserahkan kepadaku. Dan aku tambah tersenyum saat melihat seluruh isinya dalam keadaan yang sangat baik.
"Benar ini milikmu kan? Baiklah, aku harus pergi sekarang. Ada banyak hal yang harus kuurusi",jawabnya santai sambil tetap tersenyum padaku.
"Iya terimakasih telah mengembalikan padaku. Lalu, bagaimana kau tahu aku ada disini? Tidakkah harus masuk dulu untuk mengobrol sebentar?".tanyaku mengalihkan topik pembicaraan. Dan dia cuma bisa tersenyum padaku.
"Ada banyak orang yang mengenalmu, jadi mudah bagiku untuk mencarimu. Baiklah, sebentar saja ya",jawabnya dengan masih disertai senyuman yang benar-benar sangat kurindukan selama 4tahun ini. Hal yang dulu tak pernah kupikir bisa terjadi lagi. Dan sekarang rasanya seperti mimpi saat aku telah berada di depannya. Dan dia berada tidak ada 1 meter di hadapku. Sungguh seperti mimpi rasanya.
"Kenalkan namaku Ayuistia Faravika",kataku memulai pembicaraan yang sedari tadi masih sama-sama membungkam mulut saat sudah berada di ruang tengah studio ini.
"Namaku Aditya Pradeka Natama. Sepertinya aku mengenalmu? Kau alumni Smaga ya?",tanyanya menebak-nebak lalu tertawa gelak saat melihatku menganggukkan kepala. Dan aku pun ikut tertawa. Bahagia sekali melihatnya tertawa, karnaku.
"Jadi kamu juga alumni Smaga?",jawabku singkat. Yang kutau jelaslah dia alumni Smaga, dia adalah kakak kelas favoritku. Seorang yang ada dihatiku selama 4tahun. Mana mungkin aku melupakannya.
"Wah, adek kelas ternyata. Ini studiomu?",jawabnya girang. Seperti seorang yang baru saja menemukan air di gurun pasir.
"Nggak, aku disini pemotretan",jawabku singkat.
"Wah, kebetulan aku sedang butuh seorang fotografer. Bisakah kamu membantuku?",tanyanya sambil lebih dekat ke arahku. Yang membuat jantungku serasa ingin copot dari tempatnya. Membuatnya napasku terengah-engah rasanya. Tapi aku harus sekuat tenaga kuat. Dan ini, satu-satunya cara untuk mendekatkanku padanya dan menunjukkan cintaku padanya.
"Boleh, untuk apa?".jawabku terbata-bata. Saking salah tingkahnya aku.
"Untuk pre-wedding pernikahanku. Kan nggak asik kalau nggak ada foto pre-wedding. Bantuin ya",jawabnya yang membuat jantungku serasa ingin berhenti seketika. Membuat luka dihatiku semakin sakit rasanya. Hari ini, aku dipertemukan dengannya hanya untuk mengetahui bahwa sebentar lagi ia akan menjadi milik wanita lain? Apa maksud Tuhan mempertemukan seorang yang telah mencuri hatiku selama 4tahun dan nyatanya akan menjadi lebih sakit? Aku tak kuasa membendung air mataku. Tapi tak boleh setetes air jatuh membasahi pipiku. Karena aku takut akan menjadi lebih buruk. Dan kupaksakan untuk tetap, tersenyum.
"Boleh, memangnya pernikahanmu kapan?",tanyaku sambil tetap menyunggingkan senyum yang sangat kupaksakan ini.
"3 bulan lagi. Sekalian saja kamu pilihkan gaun dan tuksedo yang cocok untuk pernikahanku nanti. Mau kan kamu pilihkan untukku dan calon istriku?",tanyanya yang membuat dada ini semakin tercekat rasanya. Dan sakitnya semakin tak karuan berkecamuk dalam dadaku.
Sejak saat itu, aku memutuskan untuk menemaninya membeli apa-apa yang kurang dalam prosesi pernikahannya nanti. Mulai dari membeli cincin, kebaya maupun gaun serta tuksedo yang cocok untuknya. Saat di toko emas dia berkata bahwa jariku sama persis dengan calonnya. Dan aku cuma mengiyakan dan berpikir bagaimana dia tau jariku sama dengannya. Begitu pula di brideshop yang menyediakan gaun pernikahan. Katanya badanku sama dengan calonnya. Bagaimana dia mengetahui badanku sama dengannya. Ah, aku sama sekali tak peduli dengan itu. Yang jelas, kini aku hanya ingin menghabiskan sisa waktu terakhir bersama cinta. Bersyukur Tuhan masih baik memberiku kesempatan sudah ada disisinya meski tak pernah akan kumiliki.
Dan tiba malam ini, dia akan melamar calonnya dengan rombongan keluarganya di rumah calonnya. Aku pun malam ini disuruh pakai kebaya oleh orangtuaku karena kata mereka aku akan diberi kejutan. Aku tambah tak mengerti saat rumahku banyak sekali keluargaku yang datang dan mengucapkan selamat padaku. Aku cuma bisa menggangguk. Sebenarnya apa yang dipersiapkan Keluargaku malam ini?
Dan keherananku tambah nggak karuan saat Ayah memanggilku untuk turun kebawah. Dan disana kulihat ada seorang yang sangat familier untukku. Ya, itu ada mas Nata. Dengan balutan jas putih sedang tersenyum kearahku. Aku tambah tak mengerti. Bukannya mas Nata sekarang harusnya melamar calonnya? Lalu, mengapa dia ada disini?. Keherananku terjawab saat Om Yunio,ayah mas Nata membuka sambutan malam ini.
"Saya disini mewakili keluarga besar menyatakan bahwa Nata ingin menikahi kamu Yista",katanya yang membuat hujan rasanya sedang deras-derasnya disertai petir yang mampu menyambar kencang. Termasuk hatiku, yang serasa seperti di permainkan.
"Maafkan aku Yista, mungkin bagimu aku mempermainkanmu. Tapi jujur,aku sangat mencintaimu. Dan aku sama sekali tak pernah tau bagaimana cara menyampaikan rasaku ini",katanya yang membuat ruangan terasa hening. Seperti hanya ada aku dan dia disana. Sampai jam dinding rumahku pun ikut berdenting lantang memecahkan kebisuan diantara kami. Aku pun cuma bisa terdiam. Tak kuat menahan air mata. Dan akhirnya berlari menuju kamarku di lantai atas. Dan tak memperdulikan lagi apapun dibawah. Aku, cuma merasa kecewa. Dipermainkan dan di koyak hatiku yang sudah sakit ini. Ah, sudah cukup memberiku harapan!
Aku tak sadar,bahwa semalam aku tertidur pulas dengan masih berbalutkan kebaya dan berpoleskan make up yang sudah luntur karena air mata yang sudah lama terbendung dalam hati. Saat aku membuka mata, aku menemukan sebuah kotak berpita pink besar tergeletak di bawah kasurku. Aku terperanjat saat mengetahui isinya adalah gaun,tuksedo,kebaya dan cincin yang aku beli selama ini dengannya. Dan disertai sebuah surat dengan amplop pink juga.
Dear Yista,maafkan aku...
Bukan maksudku mempermainkanmu. Tapi aku yang memang tak berani untuk mengungkapkan rasaku padamu. Kamu yang terlalu tinggi bagiku tak mungkin semudah yang kubayangkan. Aku tak punya apa-apa untuk mencintaimu. Bahkan jatuh cinta padamu saja rasanya aku terlalu tampak bodoh. Mungkin aku yang terlalu berharap untuk menikahimu. Jadi ini kuberikan semuanya untukmu. Siapa tau saat kau menikah nanti, ini bisa kau pakai untuk pernikahanmu.
Aditya Pradeka Natama-
Aku menangis sejadi-jadinya disitu menyesali kejadian malam kemarin. Aku pun segera ganti baju dan berlari menyambar kunci motorku untuk menyusul kerumahnya. Disana, aku melihatnya mau berangkat ke pos untuk bekerja. Dan dia terkejut melihatku yang hanya memakai jaket dan celana aladin disertai bekas make-up yang amburadul. Dan dia cuma tersenyum kecut melihatku lagi pergi.
"Apa maksudmu meninggalkanku begitu saja? Aku kesini untuk menjelaskan sesuatu. Tapi bila memang kau tak mau mendengarkanku, baiklah aku akan pulang lagi",teriakku dengan suara serak bekas tangisku kemarin malam.
"Mau apa? Aku benar-benar sibuk",jawabnya singkat yang masih dengan muka masam berlipat-lipat.
"Setelah kau melakukan ini, lalu pergi meninggalkan tanggung jawab, huh?",jawabku meninggi yang masih dengan suara serakku.
"Lalu maumu apa?",jawabnya yang juga semakin tinggi suaranya.
"Aku mau kau menikahiku. Hidup denganku,selamanya",jawabku merendah dan sontak membuatnya terperanjat saking terkejutnya.
"Benarkah? Lalu mengapa kau pergi begitu saja kemarin malam?",tanyanya dengan sok. Yang membuatku cuma terdiam dengan rasa bersalahku atas kejadian kemarin malam.
"Aku jatuh cinta padamu sudah jauh pada masa kita masih bersekolah. Jauh, sebelum kamu disini kemarin mengungkapkan bahwa kau mencintaiku. Namun, 3 bulan ini menemanimu rasanya hatiku semakin sakit saat kutahu hatimu akan menjadi milik yang lain. Namun, aku berpikir tak mau untuk merelakan waktu terakhir bersamamu",jawabku melemah lalu menunduk lemas memandang wajahnya lekat-lekat.
"Aku juga. Aku mencintaimu juga sudah lama. Dan aku malu untuk menceritakan bagaimana lucu konyolnya aku saat merindukanmu. Dan kini aku bahagia, Tuhan memang adil kepadaku",jawabnya girang yang membuatku juga tersenyum.
"Iya aku kini juga tahu bahwa Tuhan memang mencintaiku. Dan memberiku hal terindah yang telah aku cinta selama bertahun-tahun"jawabku girang yang membuatnya juga ikutan tersenyum dan kamipun berpelukan sambil tertawa lega.
"Eh,omong-omong berarti kamu belum mandi dong? Ih, bau. Dasar jeyek",katanya lalu melepas pelukanku dan berlari sambil menjulurkan lidahnya mengejekku. Hah, sama-sama jeyek dalam mencintai dan kami pun hidup bahagia selamanya.