Dulu, aku adalah kamu dan kamu adalah aku. Aku dan kamu berubah menjadi kita dalam sebuah janji berlandaskan cinta. Mereka disana yang menatap kita tak pernah tak tahu bahwa aku sangat mencintaimu dan begitu pula denganmu. Mereka seenaknya menertawakanku saat aku cemburu akan hal-hal kecil. Mereka seenaknya menghinaku saat aku bilang bahwa aku akan mencintaimu seumur hidupku. Mereka bilang itu mustahil. Mereka bilang itu tidak mungkin. Tapi aku mengatakan mungkin. Jelas mungkin karena sampai kini pun cintaku pun tak pernah tergerus waktu bahkan saat dirimu pun tak ada lagi untukku seperti hari ini atau mungkin akan tetap begini hingga hari yang aku tak pernah tau.
Sekarang, mereka makin menertawakanku saat aku menangis sendirian merindukanmu, mengharapkanmu akan kembali. Aku berkata bahwa bila ia jodohku, sejauh apapun ia berlari seberat apapun cobaan pastilah dia akan kembali cepat atau lambat. Lalu mereka menjawab bahwa itu mustahil itu tidak mungkin. Aku sungguh terpuruk mendengarnya. Tak tahukah mereka bahwa aku sangat mencintainya? Tak tahukah mereka bahwa aku kini sedang membutuhkan seorang yang bisa mendengarkan keluh kesah seperti hari ini apalagi disaat aku kembali merindukannya.
Dulu, derap langkahku berjalan bersama derap langkahnya. Ia selalu menemani seburuk apapun keadaanku. Ia selalu menyeka air mataku setiap akan terjatuh. Bahkan dia berkata bahwa dia tak mau ada air mata pun yang terjatuh dari bola mataku yang indah. Dan aku hanya bisa tersenyum ketika dia mengatakannya. Dan berkata mungkin inilah yang akan menjadi jodohku. Sudah jauh rasanya bayang-bayang masa depanku bersamanya. Bahkan aku tak pernah berpikir bahwa akan ada perpisahan seperti ini. Sudah jauh rasanya imaji telah memenuhi angan-anganku setiap harinya.
Sekarang, aku masih tetap membayangkan bagaimana masa depan yang akan kita bangun. Namun aku tetap saja belum percaya bahwa semuanya akan berakhir dengan cara yang menyakitkan seperti ini. Tapi aku bahagia masih bisa melihatnya setiap hari di seberang sana. Kamu masih tetap dengan mata sayu dan senyum manis itu disana. Masih saja tersenyum meski sekilas saat berpapasan denganku. Tapi sayang, kini yang kamu tatap bukanlah aku. Kini ada seorang wanita berparas ayu yang sedang kau tatap dan kau tak hentinya untuk tersenyum padanya. Senyum manis itu masih tersungging di bibirmu seperti dulu kamu memberikannya padaku. Aku merindukan senyuman itu. Aku merindukan tatapan mata itu. Akankah itu akan menjadi milikku lagi?
Terus aku membayangkan akankah semua tentang dirimu akan menjadi milikku lagi untuk kedua kalinya. Rasanya aku ingin mengungkapkan bahwa aku masih berdiri disini untuk menungguimu kembali entah sampai kapan. Mungkin sampai wajahku berkeriput dan rambutku memutih. Tapi aku sadar bahwa aku hanyalah wanita yang lemah. Tugasku hanya menunggu. Seperti kata ibuku dulu bahwa wanita itu tugasnya menunggu dan mengejar adalah tugas pria. Namun sekarang, sepertinya aku yang harus mengungkapkan lagi. Namun aku juga bingung bagaimana aku harus memulainya. Harus mengulangi apa yang dulu pernah aku lakukan. Aku kini hanya bisa berdo'a di sajadah panjangku. Melafalkan namamu dalam lirih do'aku hampir setiap ku bersujud. Berharap jika aku dan kamu berjodoh untuk segera dipertemukan lagi. Jika tidak, buatlah aku untuk melupakannya. Melupakan segalanya tentangnya.
Tapi kini senyum mengembang lagi saat kamu melebarkan pelukanmu untukku. Senyum itu..Tatapan itu kembali menjadi milikku. Kamu kembali, kembali untukku. Kamu mengatakan bahwa kamu masih mencintaiku. Masih ingin ada disisiku. Masih ingin ada untuk menyeka air mata yang kini sering jatuh, untukmu. Dan kamu berjanji untuk sama sekali takkan membuatku menangis lagi. Terima kasih Tuhan, engkau kini sudah menguraikan satu persatu pertanyaan dalam do'aku setiap malamnya. Terima kasih atas semua keajaiban terindah ini. Memang benar bahwa cintakan membawamu kembali ke tempat yang tercipta hanya untuknya ini.
Cinta memang telah menunjukkan jalannya,
Mempertemukanku lagi dengannya yang telah jauh,
Karena kita tahu kita berjodoh,
Jadi sejauh apapun ia berlari dan menghindar,
Cinta yang akan selalu menyatukan kita, lagi...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar