Meskipun aku disini, kamu tak pernah mengalihkan pandanganmu padaku. Untuk kembali menyunggingkan senyum manis seperti kala itu. Semuanya terlalu fana dan semu. Rasanya sakit yang kurasa tiadalah artinya saat senyum itu kau tujukan untukku. Namun mungkin sekali lagi aku yang terlalu menganggap berlebihan padahal semua itu tiadalah ada artinya terutama bagimu. Kamu masih saja bersamanya. Rasanya tiada celah hati yang bisa kumasuki. Rasanya tiada hela napas yang kau hela berisikan namaku. Semuanya tetap tentang dia. Aku terlalu mencintaimu. Hingga membutakan mataku untuk melihat yang lain. Bagiku, masa depanku semua tentang kamu. Tiada gambaran masa depan bersama yang lain. Aku tak pernah menengok, aku selalu tertuju padamu karena tujuan hatiku adalah hatimu. Namun, sepertinya hatimu sudah ditempati seorang yang tak mungkin kukalahkan karena dia lebih begitu sempurna ketimbang aku.
Lelah rasanya menunggu. Menunggu sesuatu yang tak pasti dan tak berujung memang begitu menyakitkan. Dan semakin membuat menyesal pernah membuat keputusan untuk jatuh cinta begitu dalamnya. Aku mencintaimu. Iya, aku sangat mencintaimu. Namun tiadalah arti bila kau sendiri tak mengetahuinya. Namun lebih baik begini. Aku yang menanggung sendiri sakit yang kubuat. Luka yang kubuat karena kebodohanku. Semuanya terlihat menyedihkan. Tak ada yang lebih buruk daripada mencintai yang tetap akan diam dengan cintanya. Namun memang lebih baik begini daripada dia yang pastinya sangat kau cintai itu terluka. Lebih baik aku yang terluka asal kamu bahagia. Lebih baik aku yang menangis sendirian tanpa ada seorang yang mengetahuinya daripada kamu yang menangisi orang yang sangat kau cintai itu.
Tetaplah menjadi seperti ini. Tetaplah tersenyum meski semakin lama semakin sakit cobaan yang diberikan Tuhan. Tetaplah menjadi kamu yang kuat. Untuk mengarungi sebuah mimpi besar yang akan kau coba lagi kini. Aku, seorang yang selalu bersembunyi di batu. Selalu dan akan selalu berdo'a untuk kebahagianmu. Bersamanya atau tidak bersamanya. Untuk kesuksesan yang pernah tertunda dan kebahagiaan yang tidak pernah berhenti, Jadi, tetaplah buatlah aku tersenyum dengan tetap menjadi kamu yang kuat dalam meraih suksesmu yang tertunda yang lalu dan tetap tersenyum meski ujian semakin lama semakin berat.
Meski, mataku tak pernah lagi menangkap radar keberadaanmu, aku selalu mencintaimu. Bahkan ketika jalan sudah jauh bersebrangan, aku kan selalu berdo'a untukmu dalam jarak semu yang tak dapat kuhitung seberapa jauhnya aku bisa bertemu denganmu lagi. Tapi aku sekali lagi berkata bahwa aku sangat mencintaimu. Entah sampai kapan namun bagiku, tidak ada yang lebih selain memikirkanmu. Memikirkanmu bagai imaji impian semu yang menyakitkan namun menyenangkan. Apalagi ketika memori sedang memutarkan kenangan kala itu. Itu semakin membuatku merindumu. Namun ia tetap akan jadi imaji yang tetap semu dan tak pernah jadi nyata. Ia akan tetap jadi bunga tidur ketika mata tak lagi benar-benar menemukanmu lagi. Atau bahkan ketika tangis tak lagi bisa menggambarkan sebegitu rindu yang kurasa. Namun, cukuplah sudah cukup melihatmu bahagia dan tetap tersenyum dari kejauhan karena tangismu mungkin akan jadi pedang kematianku dan bahagiamu adalah obatku. Namun semahal-mahalnya sebuah obat bahkan sebaik-baiknya, obat ya tetap jadi obat. Itu tergantung dari tubuh yang menerimanya. Mungkin memang akan menjadi lebih sakit namun rindu memang ya tetap jadi rindu.
Waktu memang tega. Ia mengulur-tarik hati yang sudah berantakan. Namun waktu-lah yang kan kelak menunjukkan jalan yang lebih baik atas petunjuk Tuhan. Mungkin memang dia sedang marah padaku. Namun aku yakin bahwa suatu ketika nanti, waktu akan menjadi lebih baik daripada kini. Yang kan menunjukkan jalan terindah pilihan Tuhan. Semoga suatu saat ketika kita bisa bertemu lagi, aku masih bisa melihat senyuman manis itu dan wajah elok yang takkan pernah kan kulupakan. Namun kamu akan tetap menjadi kamu yang kucintai. Ya, sangat aku cintai.
Redupnya langit tak sebegitu redupnya seperti hatiku,
Namun setelah hujan merintik-rintik, ini akan menjadi serentetan pelangi,
Yang kan membawaku pada keindahan dan keabadian,
Namun kamu ya tetap kamu yang kucintai,
Meski tangan tak pernah saling menggenggam dan mengerat,
Namun aku ya akan tetap jadi aku yang selalu mencintaimu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar