Blinking Cute Box Cat Welcome to my world. Still hard work to get my beautiful dreams!

Senin, 27 Januari 2014

Puing Harap

Tak ada lagi seorang yang dapat kutatap. Tak ada lagi alasan buatku tetap tersenyum. Bahkan tak ada lagi napas dapat kuhela seperti biasanya. Dadaku seakan tercekat dan menyumbat karena kenangan-kenangan tentangmu yang memenuhi seluruh sudut hatiku bahkan seluruh jiwa ragaku. Kenangan itu, aku merindukanmu. Aku merindukan apa yang pernah jadi penyebab pecahnya tangisku. Aku tak mau mengingatnya lagi. Namun kenangan itu seakan sudah memenuhi seluruh sudut ruang jiwa dan ragaku. Sehingga, ketika aku ingin melupakanmu. Selalu saja ada sisa kenangan tentangmu yang sulit sekali untuk dihapusnya. Aku mencintaimu. Tepatnya, sangat mencintaimu.

Mungkin, aku yang bodoh terlalu mengharapmu yang takkan pernah kembali. Mungkin iya, aku yang terlalu mencintaimu sehingga menatap yang lain pun aku tidak bisa. Mataku selalu dan selalu menatapmu sehingga ketika yang lain sedang menatapku, aku tak pernah bisa mengalihkan pandanganku darimu. Entah bagaimana caranya kamu bisa membuatku jatuh cinta kala itu. Senyuman itu, tatapan mata itu. Seakan berbicara padaku. Menunjukkan sebuah ruang di hatimu yang mungkin kan kosong untukku. Namun aku salah. Aku salah besar. Aku tak bisa lagi mengharapkanmu untukku. Bahkan memikirkanmu dan merindumu itu hal yang seharusnya dilarang. Tapi aku ya aku, aku tak pernah bisa untuk memunafikkan apa yang kurasa. Meski itu sakit dan tak seharusnya kulakukan.

Seharusnya aku melupakanmu. Iya, seharusnya kamu sudah pergi dari hatiku. Namun tetap saja, kenangan-kenangan itu kembali menyeruak kembali memenuhi relung kesepianku. Aku yang terlalu bodoh. Terlalu mengharapkan apa yang sudah menjadi orang lain. Aku yang terlalu berlebihan mengartikan segalanya. Padahal itu tak ada artinya bagimu. Mungkin, bagimu aku adalah mati. Aku tak menarik, sehingga di kerumunan orang pun, aku tak pernah terlihat di matamu. Bahkan ketika mata kita mungkin bertaut satu sama lain, aku tak pernah jadi yang istimewa bagimu. Aku yang mencintaimu, sendirian. Dan kamu mencintainya dan dia juga mencintaimu. Itu adil namun begitu menyakitkan untukku.

Dulu, biasanya aku bisa menatapmu meski dari kejauhan yang sedang duduk semeja bersama. Aku cemburu. Hatiku terlalu sakit melihatnya. Namun aku ya tetap aku. Aku bukanlah siapa-siapa yang berhak mencampuri hubungan itu. Untuk berhak marah bahkan marah. Aku selalu mendo'akan bahagiamu meskipun saat mengucapkannya aku menangis sendiri. Tak ada yang bisa mengusap air mataku. Aku terlalu mencintaimu sehingga mataku seakan tertutup pada seorang yang sudah mencoba menerobos hatiku. Hatiku seakan buta. Kakiku seakan lumpuh sehingga aku tak lagi dapat berlari meninggalkan semua kenangan menyakitkan yang pernah aku rasakan saat ada kamu dulu atau sekarang.

Dulu, kamu pernah tersenyum padaku. Iya, senyuman manis itu benar-benar tertuju padaku. Mungkin aku yang terlalu berlebihan sehingga berpikir bahwa sebenarnya ada suatu ruang terselip yang kamu simpan untukku. Meskipun hingga kini, ada dia yang selalu menemani langkahmu. Tapi sekali lagi aku salah. Tak ada satupun ruang yang terselip untukku tinggal di hatimu. Seharusnya aku sudah lama pergi. Namun meski menyakitkan, mencintaimu merupakan salah satu bahagiaku. Merapal namamu dalam do'a sudah menjadi kebiasaan. Pasti ada yang kurang ketika do'aku tak menyebut namamu. Aku merindumu. Sekali lagi aku merindukanmu. Sudah tak bisa lagi aku menghitung sudah berapa kali aku merindukanmu. Semuanya terlalu menyakitkan sehingga sebenarnya aku tak mau untuk mengingatnya. Namun hati tak lagi dapat berbohong.

Aku mencintaimu untuk waktu yang tak dapat kutahu. Aku mencintai tanpa melihat kamu yang penuh dengan limpahan materi. Aku mencintaimu dalam keadaan apapun. Aku dulu tak pernah tahu bahwa kamu berlimpah materi. Namun bukan itu yang kucari. Bagiku, di dalam dirimu ada serpihan hatiku yang hingga kini belum dapat kutemukan. Entah itu apa aku juga tak mengerti. Namun, disini aku selalu menantimu. Hingga waktu yang tak dapat kutentukan. Aku mencintaimu, selalu mencintaimu.

"Biarkanlah mereka orang yang telah pergi meninggalkanmu tetap pergi. Jangan pernah mencari dan mencegahnya. Ia bukannya jahat, tapi dia sudah cukup baik untuk menjalankan perannya dalam cerita hidupmu. Namun bila dia adalah jodohmu, sejauh apapun dan sekeras apapun pergi meninggalkanmu, dia akan tetap kembali dalam jalan dan waktu yang tak pernah terpikirkan"

Aku percaya itu! Namun tetap saja sakit rasanya mencintai seseorang yang tak pernah menolehkan sedikit pandangannya padaku. Jadi aku akan buat sealami mungkin seperti air yang mengalir apa adanya. Jadi jika suatu saat, aku tak lagi dipertemukan denganmu. Mungkin Tuhan sudah menyiapkan pengganti baru yang jelas lebih baik. Namun rasanya tak mungkin untukku mencinta pada orang lain selain dia. Karena hingga kini, waktu yang kujalani selalu tentangmu dan mataku tak pernah benar-benar bisa melihat orang lain yang mulai menaruh harap padaku. Jadi maafkan bila aku menghancurkan harap yang dititipkan padaku. Karena harapku sendiri juga sudah dihancurkan olehnya. Aku berharap, sangat berharap. Bisa bertemu dengannya. Memulai atau menghentikan cerita yang tertunda dalam suatu ketika nanti.

Aku mencintaimu,
Dalam waktu yang tak pernah kutahu,
Aku merindukanmu,
Dalam jumlah yang tak pernah kuhitung,
Namamu selalu kurapal dalam do'a,
Meski sakit saat aku mengucapkannya,
Tetaplah bahagia, bersamanya,
Suatu saat, aku mau bertemu lagi denganmu,
Untuk melanjutkan atau menghentikan cerita yang tertunda ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar