Blinking Cute Box Cat Welcome to my world. Still hard work to get my beautiful dreams!

Minggu, 12 Januari 2014

Pergilah,

Kau orang sangat istimewa untukku. Entah mengapa hati ini mencintamu. Yang kutahu aku hanya ingin selalu memandangmu setiap waktunya. Kamu yang duduk di bangku ujung sana, telah berhasil mencuri hatiku. Kamu memandangku dalam diam. Tersenyum bisu dalam leburan indahnya pandangmu saat itu. Aku tertegun malu. Aku takut aku mencintaimu. Namun nyatanya semua tak dapat kucegah. Namun semuanya tak dapat ku munafikkan arti hati ini yang terkadang merindumu.

Kamu tau aku mencintamu. Namun apa. Kamu malah semakin menghindar menjauh. Kamu tau aku memujamu. Namun, kamu malah menganggap semuanya hanya angin lalu. Seharusnya kamu tau betapa aku mencintaimu. Seharusnya kamu mengerti. Seharusnya aku tak mengartikan arti pandangan itu terlalu jauh. Terlalu mengharap rasanya juga sakit. Tapi tatapan itu sangatlah dalam artinya bagiku. Namun kamu malah membuatku sakit lebih sakit lagi. Aku mencintaimu, tapi tak begini caranya menunjukkan bahwa kamu tidak memiliki rasa yang sama denganku.

Mungkin bagimu, mencintaimu adalah kesalahan. Namun tidakkah kau berpikir berada di posisiku? Seberapa sakit yang kurasa mungkin takkan pernah dapat kamu rasakan. Aku bahagia memandangmu dalam sepiku. Namun aku tak bisa memungkiri bahwa aku cemburu. Sakit rasanya di hatiku melihatmu berboncengan dengan yang lain. Sesak rasanya dadaku. Tidakkah kau mengerti bahwa aku memujamu, mengagumimu? Tak pernah ada yang kulihat darimu meski tak sesempurna Tuhanku. Tuhanku jelas sempurna. Tapi kau juga sempurna bagiku jika kau berada di sampingku dan memberikan bahumu untuk kusandarkan seluruh peluh kesahku.

Namun seiring bergulirnya waktu, aku tak bisa lagi menahan sendirian rasaku. Aku cukup lelah melihatmu yang terus saja memandangku dalam sepi namun tak jua mengatakan tentang yang sebenarnya. Aku hanya ingin tahu apa yang kau pandangi setiap waktu itu. Aku hanya ingin tahu. Tapi seharusnya kamu mengerti bahwa aku mencintaimu. Tapi kamu seakan tak mengerti padahal jelas semua orang telah memberitahukannya padamu mungkin bahkan seluruh dunia mengetahuinya. Tapi kamu seakan-akan tidak peduli dan mengabaikanku. Setiap hari, aku sakit dalam diam dan menangis dalam kegelapan.

Namun itu dulu, sangatlah lama waktu itu sebelum aku kembali mengingat kenangan itu. Kini jalan kita tentu sudah berbeda. Kita masih sama-sama berpijak di tanah dan beratapkan langit. Namun jalan kita tak lagi searah dan sejalan. Namun meskipun dulu jalan kita searah, tangan kita tak pernah bergandengan. Bahumu tak pernah kau pinjamkan untukku bersandar.

Tentu saja aku masih mengagumimu. Tentu saja aku masih memujamu. Namun tentu bukan untuk kembali sakit seperti dulu. Namun tentu bukan untuk kembali mencintaimu. Namun meski waktu telah berubah, pandanganmu tak pernah berubah sejak dulu. Namun meski hari terus saja berganti, senyum dalam bisumu itu tak pernah sirna saat memandangku. Aku tentu masih bisa melihatnya. Namun mungkin aku yang salah mengartikan. Mungkin aku yang terlalu berlebihan. Mengharapkan masa lalu yang tertunda. Mengharapkan masa lalu yang tak pernah menemukan titik jawab atas pertanyaan yang terus terngiang-ngiang dalam benakku. Aku tak pernah bisa menemukan jawaban itu.

Jika memang tak ada titik celah antara kita yang dapat ku masuki, sebaiknya pergilah sejauh mungkin. Aku tak mau lagi berlebihan dalam mengartikan semua pandanganmu itu. Karena aku berpikir mungkin saja kau juga melakukannya pada orang lain. Iya, mungkin aku yang terlalu berharap berlebihan. Aku mungkin pernah sekali menangisimu lagi. Tapi sudah cukuplah untuk mengingat kembali kenangan itu. Sudah cukuplah untuk terlalu mengharapkan apa yang takkan pernah terjadi.

Aku pernah mencintaimu,
Aku pernah merindukanmu,
Kini, tentu saja aku masih mengagumimu,
Tentu masih memujamu,
Jalan kita sekarang berbeda dan bersebrangan,
Namun meski dulu jalan kita searah dan sejalan,
Tangan kita tak pernah bergandengan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar