Blinking Cute Box Cat Welcome to my world. Still hard work to get my beautiful dreams!

Senin, 17 Juni 2013

Tapi Aku Mencintaimu...

Hari ini ada pertemuan dengan client di kafe daerah mangu bernama Lollita. Benar-benar membosankan. Apalagi diluar sana sedang hujan deras disertai petir yang sangat keras membuat jantung mungkin bisa copot. Pukul 12 siang. perutku tiba-tiba berbunyi minta jatah makan. Maklum pagi tadi aku hanya sarapan setangkup roti dan setengah gelas susu karena saking buru-burunya aku. Aku seorang arsitek yang bersyukur telah memiliki perusahaan perumahan yang cukup elite di Madiun. Dan kali ini aku bertemu dengan client yang ingin membeli perumahanku. Untungnya jam 12.30 pertemuan ini selesai karena akhirnya client memutuskan untuk membeli salah satu hasil coretan tanganku yang sudah berbentuk rumah megah di daerah Imam Bonjol. Aku pun memutuskan tetap duduk dan memesan nasi goreng dan milkshake. Hmm.. enak sekali pikirku. Tidak sampai 30 menit makanan telah berpindah alih ke perutku. Dan kini saatnya aku harus kembali ke kantor untuk mengurusi lainnya.

Dalam perjalananku ke parkiran dengan hujan yang sudah reda,aku melihat seorang yang kucintai hingga kini. Yang kini tak kuketahui keberadaan dan keadaannya. Dia sudah memakai seragam polisi dengan paras yang sama seperti 4 tahun terakhir bertemu. Dia masih terlihat tampan dan begitu gagahnya memakai seragam itu. Dia tak segan tersenyum pada setiap orang yang lewat dengan senyumnya yang sangat kurindukan itu. Ya, itu Aditya Pradeka Natama atau biasanya dipanggil Nata. Seorang lelaki sempurna versiku. Seorang senior 3 tahun diatasku. Yang kucintai sejak pertama kali kita bertemu, meski sama sekali diantara kita tidak ada pembicaraan. Ya, karena aku jatuh cinta diam-diam. Menerka-nerka dalam sunyi. Dan berkata betapa merindukannya aku.

Tiba-tiba ada dering handphoneku yang membuyarkan lamunanku. Tertulis di layar bernama Alisa, dan aku pun terperanjat kaget. Mengingat hari ini ada pemotretan salah satu klub hijabers yang aku ikuti.

"Assalamu 'alaikum, Yista dimana ini? Kita nunggu nih, on time baby!!",teriak Alisa dari seberang telpon yang membuatku menjauhkan handphoneku dari telinga. Bisa tuli ini telinga kalau begini.

"Wa'alaikum salam, mau on the way ini, 15 menit nyampek. Yaudah mau nyetir nih, assalamu 'alaikum",jawabku tergesa-gesa membuka pintu mobil yang berada jauh di lorong parkiran kafe 'lollita'. Sumpah ini jauh banget lorongnya. Dan nggak sampek semenit aku sudah berada di mobil dan siap meluncur ke tempat pemotretan tanpa memperdulikan lagi kalau masih ada mas Nata disitu.

Nggak ada 15 menit mobilku sudah terparkir rapi di studio daerah Agus Salim. Tertulis besar bernama Gaga Studio, ini karena si pemilik studio nge-fans berat banget sama Lady Gaga. Ini terpampang jelas di cover depan studio ini. Banyak banget foto cantiknya Lady Gaga. Saat memasuki studio pun, banyak banget bertebaran foto-foto dalam banyak gayanya Lady Gaga. Sumpah, nge-fans berat banget kayaknya ini orang. Apalagi didukung oleh pilihan warna pada dinding studio ini. Hitam dan merah yang nyolok banget, ya bisa dibilang warna glamour gitu. Di ujung pintu, sudah ada Alisa dan fotografer dengan muka yang agak nyeremin gitu. Bayanginnya jadi kayak tersangka terus aku harus masuk penjara. Wuuuaaaahh, tidaaakk!!!

"Hallo Alisa, sori banget telat. Tadi client mutusinnya lama. Dan berhubung perut udah minta jatah, ya makan dulu. Sori yaaa",pintaku dengan muka memelas bak pengemis cinta. *malah nyanyi pengemis cinta bak Rhoma Irama*.

"Oke, yaudah sana ganti dan di make up dulu",jawabnya halus yang membuatku melebarkan senyum yang tersungging di wajahku.

20 menit akhirnya wajahku di make up. Dengan balutan peplum toska-pink diatas dan satin skirt berwarna pink salem serta high heels berwarna senada yang yummy banget. Hehe, maklum bahan heelsnya kayak permen sih, tinggal jilat. Make up hari ini simple banget. Dipoles sedikit dengan foundation tipis dan lipcream warna pink kalem. Yang membuat aku benar-benar berpenampilan berbeda. Dan nggak sampek 30 menit juga aku selesai pemotretan dengan berbagai gaya. Yang jelas pemotretan hari ini untuk menampilkan bahwa berjilbab tidak selalu monoton.

Selesainya aku berbincang-bincang dengan Alisa. Menyantap 'takoyaki' bekalnya Alisa. Enak banget!

"Ta, kamu kayaknya nggak pernah serius jalanin hubungan deh. 5 cowok nggak ada yang bener semua",katanya membuka pembicaraan yang sedari tadi sedang serius mengunyah takoyaki yang lembut banget di lidah. Aku pun terperanjat kaget dan tertawa memandang wajahnya yang aneh. Dan juga pertanyaannya yang aneh.

"Alisa, aku tuh nggak ada rasa sama mereka. Merekanya aja yang keganjenan sama aku. Lagipula aku pengen serius kerja dulu lah. Paling enggak bisa ngebanggain kedua orangtua",jawabku santai dengan memandang wajahnya serius dan dia pun memalingkan wajah.

"Tapi mereka semua kriteria idaman, masa nggak ada yang nyantol satu aja?",tanyanya sambil memandang jauh ke langit-langit studio. Seperti sedang memikirkan sesuatu. Entahlah.

"Nothing. Cuma ada satu yang nyantol dan yang jelas bukan mereka. Dan udahlah nggak usah bahas-bahas soal ini, capek Lis",jawabku sambil tersenyum dan tetap mengunyah takoyaki sampai tinggal 2 tersisa di kotak bekal Alisa.

"Siapa? Kurasa tidak ada yang lebih baik",jawabnya sambil tetap memandang jauh ke atas.

"Sudah kubilang tak usah dibahas. Ada banyak hal yang lebih penting. Dan yang jelas, aku sudah tak mau tau tentang itu",jawabku sambil menaikkan volume suaraku agar dia tau bahwa aku sama sekali tak berminat untuk membahas soal kelima cowok yang memang sudah jelas jatuh cinta padaku. Tapi bagiku mereka semua tak sebanding dengan mas Nata, sang pemilik hati dan jiwa ini. Yang tak perlu seluruh dunia tahu bahwa aku sangat mencintainya.

"Tapi kamu Ta,....",belum selesai Alisa menyelesaikan katanya, tiba-tiba ada seorang satpam studio masuk dan memanggilku.

"Mbak Yista ada polisi yang mau bertemu",katanya saat aku berdiri terperangah melihat satpam yang berlari tergopoh-gopoh memanggil namaku.

"Dimana?",jawabku singkat lalu mengikuti arahnya satpam yang mengarahkan aku menuju ke depan.

Disana, aku lihat ada seorang yang kulihat tadi. Dengan balutan seragam polisi yang membuatnya semakin tampan dan menyunggingkan senyum untukku saat aku sudah ada di depannya.

"A..Ada apa ya?",tanyaku terbata-bata saking bingungnya aku bagaimana untuk memulai pembicaraan. Dia pun tersenyum memandangku yang sepertinya terlihat sekali bagaimana salah tingkahnya aku.

"Tadi ada seorang yang melapor padaku, tentang dompet ini. Apa ini milikmu?",tanyanya sambil memperlihatkan dompet bergaris biru dan berwarna dasar pink pastel. Dan aku terperanjat melihatnya. Bagaimana bisa dompetku ada di tangannya, pikirku.

"Hmm, sepertinya ini milikku. Boleh kulihat?",tanyaku sambil tersenyum saat dompet ini diserahkan kepadaku. Dan aku tambah tersenyum saat melihat seluruh isinya dalam keadaan yang sangat baik.

"Benar ini milikmu kan? Baiklah, aku harus pergi sekarang. Ada banyak hal yang harus kuurusi",jawabnya santai sambil tetap tersenyum padaku.

"Iya terimakasih telah mengembalikan padaku. Lalu, bagaimana kau tahu aku ada disini? Tidakkah harus masuk dulu untuk mengobrol sebentar?".tanyaku mengalihkan topik pembicaraan. Dan dia cuma bisa tersenyum padaku.

"Ada banyak orang yang mengenalmu, jadi mudah bagiku untuk mencarimu. Baiklah, sebentar saja ya",jawabnya dengan masih disertai senyuman yang benar-benar sangat kurindukan selama 4tahun ini. Hal yang dulu tak pernah kupikir bisa terjadi lagi. Dan sekarang rasanya seperti mimpi saat aku telah berada di depannya. Dan dia berada tidak ada 1 meter di hadapku. Sungguh seperti mimpi rasanya.

"Kenalkan namaku Ayuistia Faravika",kataku memulai pembicaraan yang sedari tadi masih sama-sama membungkam mulut saat sudah berada di ruang tengah studio ini.

"Namaku Aditya Pradeka Natama. Sepertinya aku mengenalmu? Kau alumni Smaga ya?",tanyanya menebak-nebak lalu tertawa gelak saat melihatku menganggukkan kepala. Dan aku pun ikut tertawa. Bahagia sekali melihatnya tertawa, karnaku.

"Jadi kamu juga alumni Smaga?",jawabku singkat. Yang kutau jelaslah dia alumni Smaga, dia adalah kakak kelas favoritku. Seorang yang ada dihatiku selama 4tahun. Mana mungkin aku melupakannya.

"Wah, adek kelas ternyata. Ini studiomu?",jawabnya girang. Seperti seorang yang baru saja menemukan air di gurun pasir.

"Nggak, aku disini pemotretan",jawabku singkat.

"Wah, kebetulan aku sedang butuh seorang fotografer. Bisakah kamu membantuku?",tanyanya sambil lebih dekat ke arahku. Yang membuat jantungku serasa ingin copot dari tempatnya. Membuatnya napasku terengah-engah rasanya. Tapi aku harus sekuat tenaga kuat. Dan ini, satu-satunya cara untuk mendekatkanku padanya dan menunjukkan cintaku padanya.

"Boleh, untuk apa?".jawabku terbata-bata. Saking salah tingkahnya aku.

"Untuk pre-wedding pernikahanku. Kan nggak asik kalau nggak ada foto pre-wedding. Bantuin ya",jawabnya yang membuat jantungku serasa ingin berhenti seketika. Membuat luka dihatiku semakin sakit rasanya. Hari ini, aku dipertemukan dengannya hanya untuk mengetahui bahwa sebentar lagi ia akan menjadi milik wanita lain? Apa maksud Tuhan mempertemukan seorang yang telah mencuri hatiku selama 4tahun dan nyatanya akan menjadi lebih sakit? Aku tak kuasa membendung air mataku. Tapi tak boleh setetes air jatuh membasahi pipiku. Karena aku takut akan menjadi lebih buruk. Dan kupaksakan untuk tetap, tersenyum.

"Boleh, memangnya pernikahanmu kapan?",tanyaku sambil tetap menyunggingkan senyum yang sangat kupaksakan ini.

"3 bulan lagi. Sekalian saja kamu pilihkan gaun dan tuksedo yang cocok untuk pernikahanku nanti. Mau kan kamu pilihkan untukku dan calon istriku?",tanyanya yang membuat dada ini semakin tercekat rasanya. Dan sakitnya semakin tak karuan berkecamuk dalam dadaku.

Sejak saat itu, aku memutuskan untuk menemaninya membeli apa-apa yang kurang dalam prosesi pernikahannya nanti. Mulai dari membeli cincin, kebaya maupun gaun serta tuksedo yang cocok untuknya. Saat di toko emas dia berkata bahwa jariku sama persis dengan calonnya. Dan aku cuma mengiyakan dan berpikir bagaimana dia tau jariku sama dengannya. Begitu pula di brideshop yang menyediakan gaun pernikahan. Katanya badanku sama dengan calonnya. Bagaimana dia mengetahui badanku sama dengannya. Ah, aku sama sekali tak peduli dengan itu. Yang jelas, kini aku hanya ingin menghabiskan sisa waktu terakhir bersama cinta. Bersyukur Tuhan masih baik memberiku kesempatan sudah ada disisinya meski tak pernah akan kumiliki.

Dan tiba malam ini, dia akan melamar calonnya dengan rombongan keluarganya di rumah calonnya. Aku pun malam ini disuruh pakai kebaya oleh orangtuaku karena kata mereka aku akan diberi kejutan. Aku tambah tak mengerti saat rumahku banyak sekali keluargaku yang datang dan mengucapkan selamat padaku. Aku cuma bisa menggangguk. Sebenarnya apa yang dipersiapkan Keluargaku malam ini?

Dan keherananku tambah nggak karuan saat Ayah memanggilku untuk turun kebawah. Dan disana kulihat ada seorang yang sangat familier untukku. Ya, itu ada mas Nata. Dengan balutan jas putih sedang tersenyum kearahku. Aku tambah tak mengerti. Bukannya mas Nata sekarang harusnya melamar calonnya? Lalu, mengapa dia ada disini?. Keherananku terjawab saat Om Yunio,ayah mas Nata membuka sambutan malam ini.

"Saya disini mewakili keluarga besar menyatakan bahwa Nata ingin menikahi kamu Yista",katanya yang membuat hujan rasanya sedang deras-derasnya disertai petir yang mampu menyambar kencang. Termasuk hatiku, yang serasa seperti di permainkan.

"Maafkan aku Yista, mungkin bagimu aku mempermainkanmu. Tapi jujur,aku sangat mencintaimu. Dan aku sama sekali tak pernah tau bagaimana cara menyampaikan rasaku ini",katanya yang membuat ruangan terasa hening. Seperti hanya ada aku dan dia disana. Sampai jam dinding rumahku pun ikut berdenting lantang memecahkan kebisuan diantara kami. Aku pun cuma bisa terdiam. Tak kuat menahan air mata. Dan akhirnya berlari menuju kamarku di lantai atas. Dan tak memperdulikan lagi apapun dibawah. Aku, cuma merasa kecewa. Dipermainkan dan di koyak hatiku yang sudah sakit ini. Ah, sudah cukup memberiku harapan!

Aku tak sadar,bahwa semalam aku tertidur pulas dengan masih berbalutkan kebaya dan berpoleskan make up yang sudah luntur karena air mata yang sudah lama terbendung dalam hati. Saat aku membuka mata, aku menemukan sebuah kotak berpita pink besar tergeletak di bawah kasurku. Aku terperanjat saat mengetahui isinya adalah gaun,tuksedo,kebaya dan cincin yang aku beli selama ini dengannya. Dan disertai sebuah surat dengan amplop pink juga.

Dear Yista,maafkan aku...
Bukan maksudku mempermainkanmu. Tapi aku yang memang tak berani untuk mengungkapkan rasaku padamu. Kamu yang terlalu tinggi bagiku tak mungkin semudah yang kubayangkan. Aku tak punya apa-apa untuk mencintaimu. Bahkan jatuh cinta padamu saja rasanya aku terlalu tampak bodoh. Mungkin aku yang terlalu berharap untuk menikahimu. Jadi ini kuberikan semuanya untukmu. Siapa tau saat kau menikah nanti, ini bisa kau pakai untuk pernikahanmu.
 
Aditya Pradeka Natama-
 
Aku menangis sejadi-jadinya disitu menyesali kejadian malam kemarin. Aku pun segera ganti baju dan berlari menyambar kunci motorku untuk menyusul kerumahnya. Disana, aku melihatnya mau berangkat ke pos untuk bekerja. Dan dia terkejut melihatku yang hanya memakai jaket dan celana aladin disertai bekas make-up yang amburadul. Dan dia cuma tersenyum kecut melihatku lagi pergi.
 
"Apa maksudmu meninggalkanku begitu saja? Aku kesini untuk menjelaskan sesuatu. Tapi bila memang kau tak mau mendengarkanku, baiklah aku akan pulang lagi",teriakku dengan suara serak bekas tangisku kemarin malam.
 
"Mau apa? Aku benar-benar sibuk",jawabnya singkat yang masih dengan muka masam berlipat-lipat.
 
"Setelah kau melakukan ini, lalu pergi meninggalkan tanggung jawab, huh?",jawabku meninggi yang masih dengan suara serakku.
 
"Lalu maumu apa?",jawabnya yang juga semakin tinggi suaranya.
 
"Aku mau kau menikahiku. Hidup denganku,selamanya",jawabku merendah dan sontak membuatnya terperanjat saking terkejutnya.
 
"Benarkah? Lalu mengapa kau pergi begitu saja kemarin malam?",tanyanya dengan sok. Yang membuatku cuma terdiam dengan rasa bersalahku atas kejadian kemarin malam.
 
"Aku jatuh cinta padamu sudah jauh pada masa kita masih bersekolah. Jauh, sebelum kamu disini kemarin mengungkapkan bahwa kau mencintaiku. Namun, 3 bulan ini menemanimu rasanya hatiku semakin sakit saat kutahu hatimu akan menjadi milik yang lain. Namun, aku berpikir tak mau untuk merelakan waktu terakhir bersamamu",jawabku melemah lalu menunduk lemas memandang wajahnya lekat-lekat.
 
"Aku juga. Aku mencintaimu juga sudah lama. Dan aku malu untuk menceritakan bagaimana lucu konyolnya aku saat merindukanmu. Dan kini aku bahagia, Tuhan memang adil kepadaku",jawabnya girang yang membuatku juga tersenyum.
 
"Iya aku kini juga tahu bahwa Tuhan memang mencintaiku. Dan memberiku hal terindah yang telah aku cinta selama bertahun-tahun"jawabku girang yang membuatnya juga ikutan tersenyum dan kamipun berpelukan sambil tertawa lega.
 
"Eh,omong-omong berarti kamu belum mandi dong? Ih, bau. Dasar jeyek",katanya lalu melepas pelukanku dan berlari sambil menjulurkan lidahnya mengejekku. Hah, sama-sama jeyek dalam mencintai dan kami pun hidup bahagia selamanya.


Senin, 10 Juni 2013

Hello And Goodbye..

Tepat setahun yang lalu aku memulai sebuah cerita. Cerita singkat yang akan kukenang. Sebuah kenangan indah yang pada akhirnya membuatku untuk belajar lagi. Dia, sebut saja Mars yang nama sebenarnya adalah Fareztian Zura, nama yang aneh bagi sebagian orang. Asal muasalnya pun campuran. Bagaimana tidak, ayahnya seorang arsitektur asli Belanda sedangkan ibunya seorang fashion designer terkenal asli Jepang. Taulah bagaimana cantiknya paras wanita Jepang. Dia, orang yang telah mengajarkanku ini...

"Hei, kamu kenapa? Nggak apa kan?",tanyanya saat memandangku jatuh tersungkur di lantai. Aku hanya kepleset mungkin gara-gara Kerin yang mulai mengerjaiku lagi. Maklum, di kelas aku termasuk orang yang polos. Yah bukan begitu polosnya. Aku termasuk orang yang rata-rata alias semua nilai ya rata-rata sajalah. Namaku Fristiana Annaviz, nama yang cukup terlihat berkelas. Padahal aku kan asli Indonesia. Ayahku cuma seorang karyawan perusahaan ya bisa dibilang cukup besar dan Ibuku cuma seorang pengusaha catering cukup terkenal di kalangan warga Surabaya.

"Hai.. I'm fine", jawabku sambil tersenyum kepadanya. Dan dia membalas senyumku dengan mengulurkan tangannya guna membantuku bangkit. Ya aku menerima uluran itu dengan tersenyum lagi. Dan sumpah ya senyumnya itu bener-bener indah. Seperti rasanya pagi ini masih malam sehingga ia menjadi penerang gelapku. Lalu dia menggiringku ke UKS dan disana ia membalurkan perban dan hansaplast di tanganku yang agak perih ini. Rasanya lukaku seperti sembuh seketika itu. Dan hatiku bergetar yang tak pernah kurasakan cukup lama ini. Aku takut, aku takut kembali menguak masa lalu. Yang intinya dulu pernah ada seorang yang ada di hati yang menemani aku. Yah intinya aku dulu pernah ada yang menemani.

"Kamu kenapa kok keliatan getar gitu?",tanyanya padaku di UKS. Mungkin tubuhku ikutan bergetar gara-gara aku yang jadi ketakutan, jatuh cinta. Dan aku pun cuma bisa tersenyum. Bingung magi u jawab apa. Hal yang aku membuatku ingin pergi jauh dari sini,sekarang.

"Hei.. Ngga apa kok, cuman inget masa lalu aja. Yaudah ah lupain. Oh iya kenalin namaku Fristiani Annaviz. Yah bisa dipanggil navi atau yang lain boleh deh",kataku sambil menggelakkan tawaku yang mengundang tawanya. Wah cukup menarik, seorang yang baru kukenal dengan senyuman beserta gelak tawa yang sangat manis.

"Jangan galau ah, emang jaman apa galau begini? Hmm.. Oh iya namaku Fareztian Zura. Hampir sama ya nama kita. Oh iya aku anak baru",jawabnya sambil tetap tersenyum menatapku. Hal yang paling manis. Sungguh manis..

"Pindahan darimana? Kamu aku panggil mars ya",jawabku dengan tertawa girang menatapnya yang menganga melihat kelakuan konyolku ini.

"Kamu venus kalau gitu",jawabnya singkat sambil menjulurkan lidah lalu tertawa gelak lagi menatapku. Dasar aneh ini...

Sepulang sekolah, dia mengajakku ke kedai ice cream. Kedai yang baru saja buka sebulan yang lalu. Aku ingin sekali kesini sudah lama. Tapi kenapa pas banget dia yang ngajak. Wah, mungkin dia punya kemampuan membaca pikiran orang, Dan akhir-akhir ngga tau ya kenapa jadi doyan banget sama ice cream. Dia memesankan aku chocho chips banana float dan strawberry vanilla pancake. Dan dia memesan vanilla blue rayshake. Aneh banget namanya, tapi keliatannya enak banget. Pas pesenannya udah sampai di depan mata, aku jadi ngiler. Dan dia cuma menggelak tawa menyodorkan vanilla bluenya. Dan aku langsung nyerobot sendokkin shake-nya. Wuih enak banget pikirku dan dia cuma bisa menggeleng-geleng menatapku aneh.

"Venus, sumpah ya bilang kek daritadi kalau doyan vanilla bluenya. Tau gitu kan ga usah pesen chocho chipsnya",katanya sambil menjitak kepalaku kesal. Iya mungkin dia kesal gara-gara vanilla bluenya. Haha dan aku cuma meringis geli melihat vanilla bluenya tinggal setengah dalam mangkuk.

"Sori Mars, tapi ini amazing banget rasanya. Abisnya kamu juga kasihin ke aku",jawabku singkat sambil menyodorkan kembali vanilla bluenya yang tinggal setengah mangkuk ini.

"Sini chocho chips nya aku yang makan"jawabnya sambil merebut dengan cepat chocho chipsku yang tersingkirkan dari vanilla blue yang sedari tadi kumakan. Aku pun sontak merebut kembali mangkukku. Dan aku menjulurkan lidah tanda tak rela chocho chipsku kubagi dengannya. Yang kini mangkuknya sudah setengah mencair. Mungkin dia marah ngga aku makan dan diduakan dengan vanilla bluenya mars. Haha tawaku dalam hati.

"Yee enggak mau. Ini kan punyaku",jawabku tak henti menjulurkan lidah. Itu hal konyol yang akan kuingat beberapa tahun lagi mungkin. Dan dia pun cuma merengut lesu.

"Yaudah, aku mau ke toilet dulu yah",pamitnya menuju lorong di ujung sana. Sambil melangkah gontai meninggalkan aku sendirian. Dan hampir semua orang menganga. Mungkin bingung kenapa gadis sekecil aku bisa menghabiskan dua mangkuk ice cream besar mungkin ya. Aku pun menghela kesal kenapa Mars ga balik-balik. Aku pun mengembangkan senyumku sesaat melihatnya kembali lagi ke meja kami. Dan dia juga membalas senyumku,lebih manis.

"Lama banget sih? Kenapa mukamu pucet gitu? Sakit?",tanyaku sesaat ia sudah duduk kembali di kursinya. Aku jadi khawatir kenapa tiba-tiba mukanya pucat gitu. Dan dia cuma membalas senyumku.

Sudah seminggu ini aku sering sekali pergi bersamanya. Entah hanya untuk ke kedai ice cream atau hanya iseng-iseng ngobrol di taman. Yang jelas aku bahagia sekali karena ada kiriman terindah dari Tuhan setelah sudah setahun hati ini vakum sama yang namanya cinta. Hari ini aku menemani ia main futsal bersama teman-temannya. Dia terlihat bahagia sekali saat melihatku datang. Dan tiba-tiba saat aku melihatnya bermain,aku jadi teringat seseorang. Orang yang pernah ada lalu menghilang entah sekarang dimana dan sedang apa. Orang yang tiba-tiba menelponku untuk memutuskan suatu komitmen yang telah kita bangun sejak 2tahun yang lalu. Orang yang hingga kini masih membayang-bayangi pikirku. Meski aku sering mengelak tapi memang kuakui dia disini, dihatiku masih ada. Dan kini di depanku ada seorang yang baru kusadari sangat mirip dengannya. Bahkan senyumnya pun hampir sama dengannya. Sangat mirip, apa mungkin dia yang ada disini sekarang? Oh tidak mungkin!

"Hei kenapa ngelamun sih? Yang lain pada teriak-teriak kok kamu diem sih?",tanyanya mengagetkanku. Dan aku cuma menggeleng lemah memikirkan kembali apa yang baru saja kupikirkan. Oh,benarkah dia?

"Hei, bikin kaget aja. Nggak ngelamun kok",jawabku santai sambil menatap wajahnya lekat-lekat siapa tau ada beberapa lekuk wajahnya yang mudah dikenali. Dan berhasil, dia memiliki hidung mancung yang sama. Memiliki mata seperti bulan sabit layaknya artis-artis korea masa kini. Tapi mengapa namanya berbeda. Benarkah dia? Mengapa Tuhan mengirim seorang yang pernah ada di masa laluku? Rasanya aku ingin pingsan sekarang. Benar-benar memuakkan.

Aku jadi lebih murung dari biasanya. Matematika yang biasanya dapat membangkitkan semangatku tiba-tiba jadi sesuatu yang menyebalkan bagiku. Makanku pun jadi lebih berkurang, sedikit tak nafsu makan. Dan di waktu ini pun tiba-tiba dia menghilang. Entah kemana aku tak tau. Akankah dia akan menjadi seperti masa lalu yang menghilang tiba-tiba seperti ini? Sudah seminggu rasanya aku tak menemukan batang hidungnya maksudnya sosoknya yang selalu menungguiku di gerbang sekolah saat bel telah berbunyi tiga kali menandakan telah usai jam-jam yang membosankan di sekolah. Dia memang setahun lebih tua dibandingkanku. Aku yang kini masih duduk di bangku SMA kelas akhir. Dia mengaku anak fakultas arsitektur entah dimana. Dia tak mau mengaku jika kutanyai tentang itu.

"Hei Viz, ikut gue yuk ke rumah sakit",kata riesty saat aku sedang mengerjakan tugas kimia di bangku pojokan jendela, bangku kesukaanku. Dan aku cuma menggeleng lemah.

"Ngapain? Tugasnya bejibun nih Ries",jawabku melemah tak karuan sambil menatap naar tugas kimia tentang redoks yang bejibun ditambah juga tugas biologi tentang penelitian kodok. Tuhan maha besar bener ngasih tugas sebegini banyaknya. Dan Riesty cuma menghela nafas kesal.

"Jenguk nenek Viz, sekali-kali kek nemenin gue, ayolah Viz",tawarnya sambil menampakkan deretan giginya yang putih. Susah juga kalau udah kayak gini, entar kalau marah bisa-bisa gue ditabok sama Kerin lagi. Itu tuh cowok ngeselin bak sok pahlawan pas Riesty jatuh dari tangga. Hihi, lucu banget tau waktu Riesty tiba-tiba kepleset kulit kacang. Padahal kulit kacang lho kok bisa separah itu ya? Jahat banget ah kalau sahabat sendiri di ketawain. Tapi sumpah bikin perut mules-mules sendiri.

"Yaudah ayok kalo gitu. Entar aku malah jadi males",jawabku sambil merapikan buku-buku ke dalam tas. Dan langsung otw alias 'ontheway' ke rumah sakit di daerah Bungurasih. Rumah sakit yang bisa dibilang mewah dan besar. Disertai para pahlawan-pahlawan keren yang pake jas putih alias dokter dan para suster-suster. Susternya jalan kok ngga ngesot kayak di film-film horror itu. Hehe,jadi lebay!

"Eh aku sholat dulu yah. Lupa Ries",kataku sesaat melihat ada mushola kecil di lorong jalan rumah sakit ini. Dan dia pun mengiyakan.

"Nenek gue kamarnya disana ya",jawabnya sambil menunjukkan sebuah kamar di ujung taman sana yang dipenuhi oleh orang-orang yang sangat kukenal. Yang tentunya itu keluarga besar Gani alias keluarganya Riesty.

Selesainya aku menunaikan kewajibanku, aku tidak sengaja melihat ada seorang lelaki yang sudah hampir 2 minggu ini tak kulihat.Tak kuketahui keberadaannya. Dan dia terdiam lesu bersama seorang wanita paruh baya dan sedang menyendokkan sesuap demi sesuap bubur di mangkuk itu. Dan terkadang ia terlihat menolak apapun yang masuk kedalam mulutnya. Aku pun memberanikan diri untuk mendekat, siapa tau penglihatanku agak kabur setelah wudu tadi. Dan sontak aku kaget ternyata memang dia yang aku cari-cari 2minggu ini.

"Naviz ya?", tanya wanita itu saat aku mencoba mendekat. Dan aku pun tersenyum mengiyakan.

"Ini Tian, dia kembarannya Keenan. Keenan sudah tiada 6 bulan yang lalu karena kecelakaan. Sekarang Tian yang kena kanker dan 'alzheimer'. Dia pernah bilang sama Keenan dulu kalau juga suka sama kamu Naviz. Cuma dia takut, 2 minggu kemarin dia keliatan seneng banget dan cerita ke Tante kalau ketemu kamu. Dan dia menyuruh Tante untuk terus mengingatkan cerita-cerita seminggu ini bersama kamu supaya dia terus inget kamu. Tapi nyatanya dia malah semakin lupa. Juga karena kankernya yang terus menyebar. Padahal setahun lalu dia dinyatakan telah bebas dari diagnosa kanker ini. Tapi mengapa kanker ini tumbuh kembali ya? Mungkin Tuhan lebih sayang pada mereka berdua termasuk Keenan",jelasnya panjang lebar saat aku menuntut wanita berkerudung biru saat setelah duduk bersamaku di taman. Dan aku cuma bisa terdiam, nggak tau apa yang harus aku bicarakan. Semuanya terlihat gelap walau saat ini matahari masih teriknya bersinar. Lama sekali aku terdiam sampai akhirnya ada dokter dan suster yang berlarian. Mungkin ada yang gawat pikirku.

"Ibu Nona, anak ibu gawat",teriak seorang suster dari seberang sana tepat di depan kamar nomor 23. Sontak Tante dan aku pun ikut berlari ketakutan. Saat tepat sudah ada di ambang pintu kamar, seorang dokter pun keluar dengan wajah yang menakutkan. Seperti mau mengabarkan sesuatu yang buruk dan feelingku berkata seperti itu. Oh, jangan sekarang. Hari ini aku cukup lelah.

"Tian sudah tiada. Saya sudah berusaha, dan ternyata benar kankernya telah menyebar hingga otaknya. Apalagi otaknya terkena penyempitan. Ini sudah kehendak Tuhan Bu, saya minta maaf",kata Dokter itu sambil menepuk pundak Tante saat melihatnya yang semakin menangis dan menjerit mengelukan nama Tian. Dan aku pun terhuyung menatap tubuhnya yang kaku dari kejauhan. Sambil menahan tangis yang tertahan di pelupuk mataku. Namun tetap saja air mata ini tak mungkin tertahan, hatiku cukup sakit untuk melihatnya. Tante memberikan sesuatu padaku saat menggiring tubuh Tian ke ambulance untuk dibawa ke rumah. Itu berbentuk sebuah surat. Dan aku memasukkannya ke tas dulu lalu menyusul Tante di mobil ambulance. Disana aku melihat wajah Marsku lekat-lekat, yang menyimpan banyak kerinduan. Di tubuhnya yang kaku ini aku terhuyung lemas di pelukannya. Pelukan pertama dan terakhirku. Sorenya langsung dikubur di seputaran komplek rumahnya. Dan kulihat disana ada dua nisan yang namanya akan selalu kuingat, yakni Fareztian Zura dan Raztan Keenan. Yang akan selalu ada dalam kotak memoriku. Aku pun cuma bisa terdiam tak banyak bicara.

Sesampainya aku dirumah, aku cuma bisa tetap terdiam. Dan mengingat kembali masa-masa indah bersama dua orang yang sama dan orang terindah yang dikirimkan Tuhan. Aku merogoh saku tasku guna mengambil handphoneku yang sedari tadi bergetar.

"Hei lo dimana? Pamitnya sholat kenapa udah ngga ada sih? Ditelpon juga nggak diangkat. Bikin bingung aja kirain diculik",semprot Riesty panjang lebar saat aku menekan hapeku yang sedari tadi berbunyi. Aku cuma bisa tersenyum simpul mendengarkan ocehannya yang bikin kuping panas banget.

"Aku pulang duluan,sori ga kabarin. Udah dulu ya"jawabku singkat mengakhiri telponku karena memang saat ini aku butuh sendiri. Aku pun kembali merogoh tasku dan menemukan sebuah surat yang baru kuingat diberikan oleh Tante saat dirumah sakit tadi, apa ya isinya? pikirku.

Dear Naviz,
Hello Venus. Aku Mars.. Aku kembarannya Keenan alias Paus. Aku suka banget sama kamu bahkan sejak kamu masih sama Paus lho. Surat ini aku tulis mumpung otakku masih keinget kamu. Gimana nggak? Hari ini tuh aku bahagia banget bisa ketemu sama kamu. Lucu-lucuan sama kamu di kedai ice cream hari ini. Aku cuma bisa bilang kalau aku sayang banget sama kamu. Meskipun mungkin besok aku bakalan lupa sama hari ini. Tapi makasih ya untuk hari ini. Nanti kalau aku udah ngga ada disini, inget terus aku ya yang imut mempesona cetar membahana ini. Oh iya, ini hasil foto yang kuambil diam-diam dalam berbagai acara. Mungkin kamu nggak tau. But inilah yang selalu bikin aku senyum inget kamu. Hahaha, cheers!

I'm your Mars,
Always be loved you...
Fareztian Zura..
 
Di surat ini banyak banget fotoku yang entah lagi senyum,cemberut,semangat,lesu yang kadang ada di Mall, di sekolah maupun yang lainnya. Sumpah ini lucu banget. Dasar papparazi..
 
But, big thanks buatmu. Kamu yang kembali mengembangkan senyumku beberapa minggu ini. Aku juga sayang sama kamu. Semoga disana, kamu bahagia sama Pausku.
 
-Love you Paus dan Mars-

Rabu, 05 Juni 2013

Cintamu, Sungguh Luar Biasa!

Sudah 2 minggu ini aku terus menungguimu yang sedang terbaring lemah di kasur itu. Merawatmu sepenuh hati. Kau kini yang sedang menutup mata apakah masih bisa merasakan halusnya pelukku? Kini aku adalah dokter dan tak kusangka kau adalah pasienku. Kau datang dengan tak sadarkan diri. Dalam luka berkelebat cukup serius di sekujur tubuhmu. Terakhir bertemu denganmu aku hanya bisa diam saat akhirnya kau putuskan pergi untuk meraih cita-citamu. Dan kini akhirnya aku bertemu denganmu lagi, namun dengan keadaan seperti ini rasanya aku tak rela untuk bertemu denganmu.

"Nadine?",tanyanya sambil menatapku saat dia mulai membuka matanya lagi setelah 2minggu terbujur lemah di kamar serba putih ini. Dan aku pun terheran mengapa yang disangkanya perempuan lain.

"Ini dokter,Dave, sejak kamu sakit. Nadine ngga pernah dateng kesini buat jenguk kamu",sahut Mamanya sambil tersenyum. Dan kulihat ada helaan kekecewaan yang terdengar.

"Hallo aku dokter Yuri, yang ngerawat kamu disini, seneng banget liat kamu akhirnya sadar",jawabku basa-basi sambil tersenyum. Dan dia terlihat memalingkan muka sambil tersenyum kecut. Aku pun hanya bisa menghela nafas melihat tingkahnya. Karena selama ini cuma dia yang aku rindukan.
"Yaudah, saya pergi dulu. Permisi Tante",sahutku lagi untuk memecahkan keheningan antara aku dengannya.

Hampir setiap hari aku berkunjung ke kamarnya. Entah membawakan buah atau bunga. Meskipun sampai kini ia belum bisa sepenuhnya menerima kehadiranku yang dianggapnya sangat mengganggu. Mungkin iya, tapi inilah bukti cintaku sama dia selama 8 tahun ini. Dan melihatnya sakit begini aku merasa ingin selalu dekat dengannya.

"Dave, Yuri pernah cerita sama Mama. Kalau dia jatuh cinta sama kamu sudah sejak kalian di SMA. Dan dia pernah minta izin ke Mama untuk ngejagain kamu pas kamu nggak sadar dulu. Bahkan saat Mama pagi-pagi kesini, ternyata udah ada dia disini entah nge check kondisi kamu bahkan pernah bercerita menangis sendiri di depanmu. Yah meskipun kamu nggak tau sih", kata Mama saat di kamarku saat ini hanya ada aku dan Mama karena Papa harus balik ke kantor lagi. Dan aku pun tertegun tak percaya mendengar ucapan Mama.

"Nggak mungkinlah Mah. Aku aja nggak kenal dia. Aku kan sekarang sama Nadine Mah",jawabku berat saat menyebut nama Nadine. Sepertinya sudah lama sekali aku tak bertemu dengannya. Rasa rinduku semakin berkelebat dalam dadaku. Seolah ada serpihan hatiku yang sangat merindukan kehadirannya disini.

"Nadine aja ngga pernah dateng kesini saat kamu ngga sadar. Dan kamu tau, pernah Mama ke pasar seminggu yang lalu dan Mama ketemu sama Nadine. Dan dia sedang mengandung Dave. Saat Mama nanya ke dia, 6 bulan yang lalu dia udah menikah. Sadar Dave, disini ada yang lebih mencintaimu. Buka matamu",jawab Mama panjang lebar yang membuat hatiku serasa teriris mendengarnya. Benarkah Nadine sudah menikah? Iya memang sudah 6 bulan lamanya aku tak berjumpa dengannya. Tapi mengapa dia tak menemuiku dulu untuk menjelaskan semuanya? Rasanya semakin sakit saat tiba-tiba ada yang nyelonong masuk. Dan itu Nadine. Dan itu Alfa, sahabat karibku sejak SMA. Dan mereka terlihat mesra sekali.

"Hai Dave, maaf sudah lama rasanya kita tak bertemu. Aku hanya ingin memberi tahu bahwa aku dan Alfa telah menikah. Mungkin ini terasa terlalu mendadak namun ini telah terjadi 6 bulan yang lalu",katanya memulai pembicaraan saat melihatku yang masih terdiam sejak melihatnya masuk ke kamarku. Aku cuma tertegun tak berdaya. Hatiku semakin sakit mendengarnya. Dan tiba-tiba ada sebuah genggaman hangat di tangan kananku. Aku tak meyakini ini adalah genggaman tangan Mama, lalu siapa? Kulihat disana ada Yuri dengan jas putihnya sedang tersenyum padaku, matanya sangat teduh saat kupandang.

"Kuat kak Dave. Pasti kuat",katanya sambil tersenyum. Oh,aku baru tahu kalau sebenarnya dia sangat manis. Bahkan lebih dari Nadine dulu. Dan aku pun membalas senyumannya itu. Sungguh manis rasanya.

Dan akhirnya kuputuskan untuk memulai kembali cerita yang sebenarnya telah usai 6bulan yang lalu. Bukan dengan Nadine pastinya. Namun dengan Yuri, meskipun hatiku belum bisa mengikhlaskannya. Namun aku yakin waktu yang akan menunjukkan apanya yang terbaik untukku. Namun hariku semakin lengkap rasanya ada dia selalu di sisiku. Dan kuharap ini akan tetap berjalan selamanya. Bersamanya tentunya untuk hari berikutnya yang akan menjadi indah,.

Makasih ya sudah mencintaiku untuk selama ini,
Maafkan aku yang dulu menghiraukanmu,
Yang ternyata hatimu lebih luar biasa daripada cinta lain yang pernah kutemui.

Senin, 03 Juni 2013

Meskipun

Aku tau sangat mengerti, semua cerita yang masih terngiang-ngiang di benakku. Semua tentangmu. Semua tentang cerita yang tak pernah menjadi satu sebuah jalan yang tak pernah menyatu. Antara kamu dan aku. Kau yang masih dengannya dan aku masih sendiri. Sendiri menunggumu yang tak pernah datang untukku. Dengan segenap keyakinan hatiku aku tetap akan menunggumu. Yang tak tau kapan akan datang untukku. Tapi senyumanmu saat itu yang kembali menguatkan keyakinanku. Kembali menguatkan pendirianku tentang cintaku yang akan berakhir bahagia denganmu.

Meskipun,
Aku tak pernah tau jalan cerita yang mana yang akan dipilih Tuhan untukku. Aku yang selalu dan tetap akan selalu mencintaimu. Untukmu yang jauh disana. Untukmu yang kini berisikan cintanya. Dan selalu bersamanya hingga kini. Aku tau aku sakit hingga kini, bahkan hari itu. Hari dimana senyuman dan tatapan matamu sedang tertuju padaku. Hari itu aku sakit, membayangkan panjangnya penantianku. Dan berharap semuanya akan berakhir denganmu.

Meskipun,
Sejujurnya hatimu tak pernah untukku. Meskipun aku tau tatapan matamu saat itu sedang tertuju padaku tapi apalah artinya bila hatimu tetap bersinggah padanya. Untuk apa artinya itu bila tetap takkan merubah apa yang telah ada. Dan hatimu ya masih untuknya. Lalu untuk apa kau memberiku harapan saat aku sangat mengharapnya tapi kalau jadinya begini untuk apa kau tersenyum seperti itu kepadaku. Andai saat itu aku balas senyummu apakah akan merubah segalanya? Apakah nantinya hatimu untukku kalau kubalas? Tapi itu sudah berlalu jadi tak pantaslah untuk kusesali kalau akhirnya hingga kini takkan merubah apapun yang memang telah digariskan Tuhan. Karena dari awal, memang garis kita akan terus beriringan tapi garis itu akan tetap sendiri dan takkan menyatu pada ujungnya. Karena kita tercipta sudah bukan untuk bersama. Aku yang memang sendiri diam-diam jatuh cinta pada lelaki sempurna yang telah berdua. Salahku memang membiarkan semua menjadi serumit ini. Bahkan aku sudah lupa bagaimana dulu pesonamu bisa membuatku bertekuk lutut sampai sejauh ini.

Meskipun,
Rasanya aku menyesal telah jatuh cinta kepadamu. Menyerahkan hatiku yang telah rusak dari awal dan akhirnya tetap akan rusak kepadamu. Yang takkan mampu kau rawat karena yang kau rawat kini hatinya. Bukan hatiku! Kini aku mengerti mengapa Tuhan tidak menyatukan jalan kita. Mungkin Tuhan tau bahwa engkau adalah makhluk sempurna yang takkan mungkin pantas untuk bersanding denganku yang takkan lebih baik dari dia yang juga mencintaimu. Ya dia, yang telah bersamamu mencintaimu selama 2tahun.

Meskipun,
Hatiku kembali sakit. Tapi aku bersyukur pernah jatuh cinta kepadamu. Yang telah mengenalkanku pada sebuah rasa cinta yang luar biasa. Yang telah membuatku untuk terus berkarya. Lebih giat dalam hidup dan lebih berani dalam mengungkapkan segala mimpiku. Itu semua karnamu karna aku yang mencintaimu.

Ya, meskipun aku masih belum sepenuhnya melupakanmu.
Tapi terima kasih banyak atas segalanya. Memberiku pelangi yang indah di dalam hatiku. Memberikan sebuah keajaiban dengan adanya senyuman pada wajahmu untukku. Meskipun aku tau bahwa senyuman itu akan tetap menjadi miliknya. Tapi cukup sekali rasanya itu seperti sebuah keajaiban bagiku. Kamu yang pernah jadi sumber kebahagiaanku akan tetap jadi sumber bahagiaku. Namun tak selamanya aku tetap begini. Nanti ada kalanya aku mencari cinta lain yang mencintaiku. Namun untuk saat ini, aku cukup lelah untuk semua ini. Jadi cukup untukmu saja aku jatuh hati.

Makasih ya sudah memberiku pelangi,
Membuatku lebih berani mengungkapkan mimpiku,
Karena engkaulah inspiratifku.