Blinking Cute Box Cat Welcome to my world. Still hard work to get my beautiful dreams!

Rabu, 18 Desember 2013

Aku Hanya...

Aku hanya sebutir dedaunan yang berjatuhan. Aku tak pernah marah pada angin yang menyapuku pergi menjauh dari dahan. Ia mengingatkan aku pada seorang yang pernah kucinta. Namanya selalu ada dalam setiap seuntai demi seuntai kata yang terucap di bibirku dan juga setiap bulir-bulir air mata yang menetes di setiap harinya. Mungkin aku ini lemah karenamu. Iya, aku lemah karena mencintaimu!

Tak ada yang pernah tahu aku menangis. Iya, menangis untukmu. Tidak ada yang pernah mengerti bagaimana merindukannya aku kepadamu. Kau seperti dahan yang tinggi namun aku hanyalah daun yang sudah jatuh namun tak bisa kembali lagi. Aku terus memikirkan cara bagaimana aku bisa mencapai puncak itu. Namun semakin lama aku memikirkan, aku semakin layu, mengering dan mati. Saat itu aku tak bisa melihatmu lagi. Aku sekali lagi merindukanmu. Lalu aku bereinkarnasi di dalam tanah dan menjadi daun baru seperti semula. Seperti layaknya dulu aku masih denganmu. Namun tetap saja daun ya tetaplah daun. Ia akan tetap gugur berjatuhan. Mungkin kali ini aku akan marah pada angin. Namun aku hanya kecil tak berdaya.

Ingin rasanya kulampiaskan. Tak tahu pada siapa. Lagi-lagi air mata menetes di pelupuk mataku. Sudah cukup rasanya aku menjadi begini. Aku lelah menjadi selemah ini. Akankah aku kan menjadi seperti daun itu? Yang terus saja berguguran lalu mati? Lalu apa gunanya aku punya cinta bila mungkin akan seperti itu lagi. Mungkin saatnya aku menjadi daun plastik yang akan bertahan selamanya pada dahan. Namun Tuhan memberitahuku bahwa pasti akan ada cinta untukku. Namun apa? Namun kapan? Seperti inikah terjalnya jalanku menuju takdir?

Kini, aku hanya ingin sendiri menikmati eloknya rerumputan dan bunga-bunga yang mengharum. Tak ada yang boleh masuk sebelum aku benar-benar mengistirahatkan hatiku untuk sementara. Benar-benar bahagia rasanya seperti melayang kesana-kemari. Tidak seperti dulu karena hanya terpaut pada satu titik pusat. Sekarang setidaknya aku bisa bebas tanpa harus menangis lagi. Menangis merindukannya.

Jadi biarkanlah aku tetap sendiri hingga hatiku yang menentukan kapan harus dibuka dan kapan lagi harus ditutup.

Terima kasih atas semua pembelajaranmu Tuhan,
Meski hingga kini hatiku belum terpaut pada siapapun,
Tapi semua ini mengajarkanku banyak hal,
Yang membuatku lebih dewasa dalam memaknai kehidupanmu,
Untuk meraih dunia dan menjemput jodoh yang masih menjadi misteri, Milikmu...